detikcom |
Temuan virus Langya (LayV) yang telah menginfeksi 35 orang di China menjadi sorotan epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman. Menurutnya, kondisi alam di China hampir mirip dengan Indonesia, sehingga ada kemungkinan virus Langya atau virus lain yang berasal dari hewan (zoonotik) dapat mengancam Indonesia.
"Nah kalau bicara seperti ini, kita harus sadari Indonesia adalah salah satu wilayah yang memiliki risiko adanya 'new emerging disease', penyakit baru yang mewabah. Karena alam kita luas, kaya, hewan kita juga banyak masih liar, dan perilaku kita dalam mengelola alam ini terutama peternak dan petani ini masih banyak yang tradisional," ucapnya saat dihubungi detikcom, Jumat (12/8/2022).
"Potensi ini, situasi alam yang mirip ini, pasti ada, bukan hanya langya virus tapi juga virus-virus lain yang serupa atau bahkan berbeda," sambungnya.
Menurut Dicky, virus Langya yang ada di China kemungkinan besar berasal dari hewan liar sejenis tikus yang menginfeksi para petani. Indonesia yang memiliki keadaan alam mirip dengan China bisa jadi sudah memiliki virus-virus dari hewan liar namun masih belum terdeteksi.
"Dan ini yang cenderung berpotensi menjadi ada yang disebut dengan spill over atau lompatan virus zoonosis dari hewan ke manusia," bebernya.
"Sebagian kasus-kasus ini sudah terjadi, kemungkinan, walaupun tidak mewabah hanya kasus-kasus ringan saja. Karena apa? karena ini selama kita kontak dengan hewan erat, potensi itu ada," tambahnya.
Pesan untuk Pemerintah
Dicky menyatakan, pemerintah berperan penting untuk melakukan deteksi dini untuk mencegah adanya wabah baru di Indonesia.
"Pesan pentingnya, sebetulnya adalah sudah saatnya belajar dari pandemi ini meningkatkan, satu, kalau bicara dari aspek pemerintah ya deteksi dini surveilans hewan dan manusia. Itu harus diperkuat dan itu PR besar dan itu tidak mudah ya, perlu waktu, setidaknya satu dekade membangun itu," pesannya.
Selain itu, ia berpesan pemerintah untuk memberikan literasi kesehatan dan pencegahan penyakit kepada para peternak dan petani untuk mengurangi risiko penyebaran penyakit dari hewan ke manusia.
"Di sisi lain, sudah saatnya para peternak kita, para petani kita, sudah diajari ya dibangun literasi bagaimana cara bertani yang sehat. Tidak merusak alam, lingkungan, dan juga melindungi mereka dari paparan potensi penyakit-penyakit dari alam dari hewan-hewan liar," ungkap Dicky.
"Dengan cara memakai masker itu apalagi peternak, atau memakai sarung tangan, kebiasaan cuci tangan, kebiasaan bersih-bersih mandi sebelum masuk rumah, itu yang harus dibangun selain kontrol kesehatan rutin," pungkasnya.
Menurut para ahli, diyakini virus baru Langya terdeteksi pada tikus, yang memperkuat kemungkinan reservoir alami virus berawal dari hewan tersebut. Sejauh ini belum ada bukti penularan dari manusia ke manusia.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Virus Baru Muncul Lagi di China, Perlukah RI Waspadai Langya?"