Angka perkawinan di RI menurun, tren swipe di aplikasi dating app ikut turun pamor. (Foto: iStock) |
Menyusul angka perkawinan yang menurun di Indonesia hingga 54 persen dalam satu dekade, survei salah satu aplikasi kencan menunjukkan budaya 'swipe' beberapa tahun terakhir nampak tak lagi ngetren.
Swipe merupakan fitur di aplikasi kencan online yang menunjukkan ketertarikan awal terhadap profil masing-masing pengguna, untuk kemudian berlanjut membuka obrolan. Hasil survei Lunch Actually di 2024 melihat hanya 12 persen jomblo yang rutin memakai aplikasi kencan setiap hari, sementara 42 persen tidak menggunakan aplikasi tersebut.
Temuan tersebut juga mencatat 48 persen jomblo tidak bertemu dengan pasangan yang diinginkan di 2023, meskipun 72 persen pengguna secara aktif mencoba berkencan atau mencoba bertemu orang baru sepanjang tahun.
Laporan itu sekaligus menyebutkan para jomblo di Indonesia (72 persen) mulai memprioritaskan komunikasi dan hubungan emosional sebagai aspek yang sangat penting. Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, ketertarikan yang mendasar terjadi pada pria adalah bentuk fisik wanita, sementara wanita mencari tahu jumlah pendapatan pria.
Korban Ghosting hingga Pelaku Scam
Diyakini, sedikitnya ada empat pemicu seseorang tidak lagi menghabiskan waktu yang lama di aplikasi kencan online. Pertama, rasa lelah. Menggunakan dating app, berarti memungkinkan seseorang bertemu banyak orang, bahkan dengan mereka yang menggunakan profil palsu.
Sejalan dengan catatan survei yakni 65 persen pengguna pernah mengobrol dengan orang yang memiliki profil palsu. Tak heran, bila akhirnya banyak yang memutuskan untuk tidak lagi memakai dating app.
Kedua, terkena scam atau penipu. Tidak sedikit di antara pengguna, bahkan 73 persen yang mengaku pernah berkontak dengan penipu, beberapa aplikasi dating app tidak memiliki verifikasi lebih lanjut, sehingga memungkinkan para jomblo mengalami hal ini.
Selanjutnya, privasi data. Sebanyak 56 persen pengguna merasa didekati dengan tidak nyaman dan memilih beralih ke pencarian jodoh yang lebih 'tradisional', lantaran merasa memiliki kontrol lebih besar terkait informasi yang diberikan tentang diri sendiri.
Terakhir korban ghosting alias 'harapan palsu'. Ada 61 persen pengguna yang mengaku pernah mengalami hal tersebut.
"Dengan ditemukan banyaknya orang yang hanya datang untuk ghosting atau mereka dengan profil palsu, menyebabkan tingginya rasa frustasi dan kekecewaan bagi mereka yang berniat menemukan pasangan yang serius," demikian lapor survei yang dilakukan di banyak negara Asia.
Temuan ini didapatkan dari analisis 2.038 jomblo di Singapura, Malaysia, Hong Kong, Indonesia, Thailand dan Taiwan. Sebanyak 342 dari Indonesia, dengan rentang gender 69 persen pria dan 41 persen wanita. Rata-rata berusia 25 hingga 55 tahun.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Angka Perkawinan RI Turun, Jomblo Mulai Lelah 'Swipe' di Aplikasi Kencan Online"