![]() |
Anak korban serangan Israel di Gaza. (Foto: REUTERS/Abd Elhkeem Khaled) |
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyebut petugas medis berjuang keras untuk menangani peningkatan tajam jumlah korban selama 36 jam terakhir karena dimulainya kembali operasi darat oleh Israel di Jalur Gaza.
"Karena penangguhan bantuan kemanusiaan baru-baru ini ke Gaza, persediaan pasokan medis telah turun secara signifikan dan di atas semua ini, staf rumah sakit berjuang keras untuk menangani peningkatan tajam jumlah korban," kata ICRC dalam sebuah pernyataan dikutip dari Reuters, Jumat (21/3/2025).
Para dokter di Gaza menggambarkan pemandangan "kiamat" saat mereka berjuang untuk merawat ratusan orang yang tewas dan terluka, termasuk anak-anak dengan anggota tubuh yang terputus, saat Israel melancarkan beberapa serangan paling mematikan yang pernah ada, menghancurkan ketenangan dari gencatan senjata pada Senin (17/3).
Pejabat kesehatan Palestina mengatakan bahwa hanya dalam beberapa jam saja, lebih dari 400 orang telah tewas, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Para dokter di Gaza menggambarkan kepada The Independent bahwa mereka tidak dapat menangani mereka yang terluka dan sekarat, karena blokade total pasokan menyebabkan mereka kekurangan kebutuhan dasar, termasuk solar untuk generator dan perlengkapan bedah penting seperti sarung tangan, penyeka, dan jarum suntik. Pejabat Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa hanya tujuh rumah sakit di wilayah itu yang menyediakan layanan.
Dr Muhammad Abuafash, direktur Bantuan Medis Palestina, yang bergegas merawat mereka di rumah sakit al-Ahli di Kota Gaza, mengatakan bahwa beberapa petugas medis yang tersedia kesulitan untuk memutuskan siapa yang harus dirawat terlebih dahulu, karena pasien dan tubuh berlumuran darah bercampur di lantai.
"Sebagian besar yang terluka adalah anak-anak. Kita berbicara tentang sejumlah besar anak-anak dengan anggota tubuh yang terputus," katanya dengan putus asa, seraya menambahkan bahwa petugas darurat masih menarik yang terluka dan yang meninggal dari bawah reruntuhan.
"Tidak ada cukup fasilitas atau persediaan medis, juga tidak ada cukup tenaga medis. Sayangnya, para dokter menangani cedera tanpa preferensi."
Dr Tanya Haj-Hassan, seorang dokter perawatan intensif anak yang bekerja dengan Medical Aid for Palestinians di dalam Rumah Sakit Nasser di Gaza selatan, menggambarkan dirinya terbangun sebelum fajar karena "serangan udara yang dahsyat."
"UGD benar-benar kacau, pasien ada di mana-mana di lantai," katanya dalam rekaman suara, seraya menambahkan bahwa tempat tidur unit perawatan intensif anak penuh dan dalam beberapa jam pertama, lebih dari 70 jenazah dibawa masuk dan langsung dibawa ke kamar mayat.
Warga sipil Palestina dan pekerja bantuan internasional menggambarkan dirinya terbangun pada pukul 2 pagi karena suara pengeboman hebat saat Israel melancarkan beberapa serangan terkuat dalam perang selama 15 bulan.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Dokter di Gaza Ungkap Kondisi Pasien-RS Imbas Serangan Israel, Sebut Bak Kiamat"