detikcom |
Baru-baru ini China melaporkan kasus virus Langya atau Langya henipavirus (LayV) yang menginfeksi 35 orang. Virus ini masih satu keluarga dengan Nipah dan Hendra dengan kemungkinan fatalitas yang tinggi.
China saat ini sedang berpacu dengan waktu untuk mengatasi penyakit tersebut, di samping berkutat dengan COVID-19. Beberapa kali, laporan penyakit zoonosis baru kerap dilaporkan di China. Apa yang terjadi?
Epidemiolog Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia mengatakan ada beberapa hal yang menyebabkan China sering 'kedatangan' virus baru. Dari sisi geografis, wilayah dataran China yang tropis dan banyak hutan liar menjadi habitat dari hewan pembawa virus.
"Dari sekian ratus ribu bahkan jutaan jenis virus yang blm kita ketahui di dunia, sebagian besar ada di alam liar," katanya saat dihubungi detikcom, Kamis (11/8/2022).
Kemunculan virus baru di China juga dipengaruhi kebiasaan penduduknya yang masih cenderung konservatif. Tidak sedikit yang masih mengonsumsi hewan liar dan berperilaku hidup tak sehat.
"Konsumsi hewan liar dgn cara yang tidak lazim atau jauh dari prinsip makanan sehat ini yang membuat virus yang ada di hewan tadi spill over atau loncat ke manusia," bebernya.
Namun satu hal penting yang disinggung Dicky adalah China mampu mendeteksi banyak virus karena sistem surveilans mereka yang mumpuni. Lebih dari satu dekade, Negeri Tirai Bambu tersebut membangun sistem deteksi dan laboratorium di seluruh negeri sehingga mampu melaporkan 'virus baru' ke dunia.
"Seandainya China tidak memiliki kemampuan itu, wah pandemi bisa makin sering," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Dari COVID hingga Virus Langya, Kok Penyakit Baru Banyak Terdeteksi di China?"