detikcom |
Sejumlah negara termasuk Indonesia kini kembali diterpa kenaikan kasus COVID-19, salah satunya imbas subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Risiko gejala COVID-19 berkepanjangan pada orang yang telah dinyatakan negatif COVID-19 (Long COVID) masih menjadi sorotan peneliti. Riset menyebut, satu dari delapan 'alumni' COVID-19 mengalami Long COVID.
Riset tersebut dipublikasikan dalam jurnal The Lancet. Disebutkan, 12,7 persen dari pasien COVID-19 mengalami gejala dalam jangka waktu panjang. Penelitian tersebut dilakukan antara Maret 2020-Agustus 2021 kepada 76.400 orang dewasa.
Ditemukan, sekitar 5,5 persen atau hampir 4.200 orang terkena COVID-19 selama penelitian, 21 persen subjek mengalami setidaknya satu gejala baru atau peningkatan gejala dalam waktu tiga hingga lima bulan setelah terinfeksi.
Dikutip dari Times of India, mengacu pada hasil riset tersebut, gejala COVID-19 berkepanjangan paling umum pada peserta penelitian adalah:
- Kelemahan atau kelelahan ekstrim
- Sesak napas
- Batuk
- Nyeri otot
Selain itu, tercatat juga gejala long COVID lainnya berupa batuk terus-menerus, kesulitan berbicara, kehilangan penciuman dan rasa, demam dan sulit tidur.
Sesuai studi terbaru lainnya yang diterbitkan dalam jurnal Lancet, survei Kantor Statistik Nasional (ONS) Inggris hingga Mei 2022 memperkirakan dua juta orang di Inggris mengalami Long COVID dengan durasi:
- 72 persen pasien mengalami Long COVID selama 12 minggu
- 42 persen pasien mengalami Long COVID selama 1 tahun
- 19 persen pasien mengalami Long COVID selama dua tahun
"Konsisten dengan penelitian lain, kelelahan adalah gejala paling umum dalam survei ONS, diikuti oleh sesak napas, batuk, dan nyeri otot," tertulis dalam hasil studi tersebut.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Maaf 'Alumni' COVID, Riset Sebut Ada Gejala yang Bisa Menetap Sampai 2 Tahun"