Polusi di Jakarta. (Foto: Pradita Utama) |
Dinas Kesehatan DKI Kabid Pencegahan Penyakit Dwi Octavia mengatakan bahwa kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di DKI Jakarta meningkat dibandingkan tahun 2022. Meskipun begitu, peningkatan ini tak serta-merta hanya terjadi pada tahun 2023, tetapi juga sempat terjadi pada era sebelum COVID-19.
"Tahun 2020, 2021, penyakit memang mungkin mayoritas mengalami COVID-19, dibandingkan saluran napas akut, dan 2022, mulai sedikit meningkat, 2023 meningkat dan kembali polanya seperti yang kita temukan di era 2018, 2019," ucapnya saat ditemui di Jakarta Timur, Jumat (11/8/2023).
Menurut Dwi, penyebabnya bukan hanya dari faktor lingkungan seperti polusi, tetapi juga masih ada faktor lainnya yang bisa memicu seseorang terkena ISPA. Misalnya, dari kondisi daya tahan tubuh menurun dan lainnya.
"Jadi untuk kesehatan, kita perlu mengelola faktor risiko lain di luar faktor lingkungan yang diduga akibat polusi. Dalam bentuk perilaku kecil maupun sampai dewasa, termasuk mengurangi faktor risiko untuk penyakit tidak menular," imbuhnya lagi.
Sebelumnya, Kepala Seksi Surveilans Imunisasi Dinkes DKI dr Ngabila Salama merilis data kasus ISPA lima bulan terakhir, sepanjang 2023.
Kasus ISPA terpantau konsisten di angka 100 ribu kasus setiap bulan, paling banyak dilaporkan pada April 2023 dengan total 109.705 orang terinfeksi. Sementara pada Mei, angkanya relatif sedikit menurun di angka 99 ribu.
Berikut data detailnya:
- Januari: 102.609 kasus
- Februari: 104.638 kasus
- Maret: 119.734 kasus
- April: 109.705 kasus
- Mei: 99.130 kasus
- Juni: 102.475 kasus
"Tidak ada kenaikan yang bermakna dan trend masih tetap. Tidak ada kenaikan kasus ispa yang bermakna sejak bulan April 2023 sd Juli 2023," klaim dr Ngabila.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Dinkes DKI Buka-bukaan Data Kasus ISPA, Naik gegara Polusi Udara Buruk?"