Aurora Borealis, juga dikenal sebagai Northern Lights, bersinar di cakrawala di Mercusuar St. Mary di Teluk Whitley di pantai Timur Laut, Inggris, Jumat, 10 Mei 2024. Foto: via Euro News |
Badai Matahari yang sangat dahsyat menghantam Bumi menghasilkan tampilan warna menakjubkan di langit belahan Bumi utara pada Sabtu (11/4) pagi.
National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat mengeluarkan peringatan badai geomagnetik parah yang jarang terjadi ketika ledakan Matahari mencapai Bumi pada Jumat (10/5) sore, beberapa jam lebih cepat dari perkiraan.
Efek Northern Lights atau Cahaya Utara, yang terlihat jelas di Inggris, diperkirakan akan berlangsung hingga akhir pekan ini dan mungkin hingga minggu depan.
NOAA memperingatkan operator pembangkit listrik dan pesawat ruang angkasa di orbit, serta Federal Emergency Management Agency untuk mengambil tindakan pencegahan.
"Bagi kebanyakan orang di planet Bumi, mereka tidak perlu melakukan apa pun," kata Rob Steenburgh, ilmuwan dari Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa NOAA, dikutip dari Euro News, Senin (13/5/2024).
Foto-foto fenomena spektakuler tersebut juga diambil di beberapa bagian Amerika Serikat, termasuk California, Missouri dan Oregon, serta negara-negara lain seperti China, Selandia Baru, dan Australia.
Badai yang terjadi pada Jumat (10/5) ini merupakan peringatan badai geomagnetik parah pertama yang dikeluarkan NOAA sejak tahun 2005.
Listrik hingga Satelit Bisa Mati
Badai Matahari paling hebat dalam sejarah, pada tahun 1859, memicu terjadinya aurora di Amerika Tengah. Badai ini menimbulkan risiko bagi saluran transmisi tegangan tinggi untuk jaringan listrik, bukan saluran listrik yang biasa ditemukan di rumah-rumah penduduk, kata peramal cuaca luar angkasa NOAA Shawn Dahl.
Satelit juga dapat terkena dampaknya, yang pada gilirannya dapat mengganggu layanan navigasi dan komunikasi di Bumi. Badai geomagnetik ekstrem pada tahun 2003, misalnya, mematikan aliran listrik di Swedia dan merusak trafo listrik di Afrika Selatan.
Bahkan ketika badai sudah reda, sinyal antara satelit GPS dan penerima di darat bisa kacau atau hilang, demikian menurut NOAA. Namun ada begitu banyak satelit navigasi sehingga pemadaman listrik tidak akan berlangsung lama, kata Steenburgh.
Matahari telah menghasilkan jilatan api Matahari yang kuat sejak Rabu (8/5) yang mengakibatkan setidaknya tujuh semburan plasma. Setiap letusan, yang dikenal sebagai lontaran massa koronal, dapat mengandung miliaran ton plasma dan medan magnet dari atmosfer luar Matahari atau korona.
Suar tersebut tampaknya terkait dengan bintik Matahari yang berukuran 16 kali diameter Bumi. Ini semua adalah bagian dari peningkatan aktivitas Matahari saat mendekati puncak siklus 11 tahunannya.
NASA mengatakan badai tersebut tidak menimbulkan ancaman serius bagi tujuh astronaut yang sedang berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Kekhawatiran terbesar adalah peningkatan tingkat radiasi, dan kru dapat pindah ke bagian stasiun yang lebih terlindungi jika diperlukan, menurut Steenburgh.
"Peningkatan radiasi juga dapat mengancam beberapa satelit sains NASA. Instrumen yang sangat sensitif akan dimatikan, jika perlu, untuk menghindari kerusakan," kata Antti Pulkkinen, direktur divisi ilmu heliofisika NASA.
"Beberapa pesawat ruang angkasa yang berfokus pada Matahari sedang memantau semua aksinya. Hal inilah yang ingin kami amati,'' kata Pulkkinen.
Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Dampak Badai Matahari, Langit Warna-warni hingga Satelit Tak Berfungsi"