Foto: CCTV |
Pemerintah China kini memiliki sesuatu yang belum pernah ditemukan negara lain, bebatuan dan tanah dari sisi jauh Bulan. Keberhasilan kembalinya misi Chang'e-6 di 25 Juni itu kian memperkuat posisi China sebagai salah satu kekuatan luar angkasa terbesar dunia, hanya dapat disaingi Amerika Serikat.
China mengikuti preseden NASA dengan memberi akses sampel Bulan ke para ilmuwan di seluruh dunia. "China menyambut ilmuwan dari semua negara untuk mengajukan permohonan (mempelajari sampel) dan berbagi manfaatnya," kata Liu Yunfeng, direktur Badan Antariksa Nasional Chinja (CNSA).
Administrator NASA Bill Nelson mengatakan dia senang mendengar CNSA bermaksud membagikan materi yang dikumpulkan wahana Chang'e-6. Sampel yang dikumpulkan menggunakan bor dan lengan mekanis beratnya sekitar 2 kilogram, berupa debu dan bebatuan dari kawah kuno di sisi jauh Bulan, yang tak pernah terlihat dari Bumi.
"Jadikan hal ini tersedia bagi komunitas internasional seperti yang kami lakukan ketika kami mulai membawa sampel kembali, dan seperti yang kami lakukan setengah abad yang lalu dengan sampel yang dibawa kembali dari enam pendaratan Apollo di Bulan," kata Nelson.
Namun akses AS ke sampel itu mungkin terhalang UU tahun 2011 yang dikenal sebagai Wolf Amendement, yang melarang penggunaan dana pemerintah oleh NASA untuk kerja sama bilateral dengan China atau lembaganya tanpa izin Kongres atau FBI. Itu membuat kerja sama NASA dengan CNSA terhambat.
"Akar hambatan kerja sama ruang angkasa China-AS terletak pada UU dalam negeri AS, seperti Wolf Amendment, yang menghambat kerja sama kedua negara dalam eksplorasi ruang angkasa," kata Bian Zhigang, wakil ketua Badan Antariksa Nasional China.
"Jika AS benar-benar ingin terlibat dalam pertukaran ruang angkasa secara normal dengan China, saya pikir mereka harus mengambil tindakan nyata untuk menghilangkan hambatan ini," tambahnya.
China adalah satu-satunya negara yang mendaratkan pesawat robotik di sisi jauh Bulan, pertama kali dicapai tahun 2019 oleh misi Chang'e-4. Setahun kemudian, mereka jadi negara ketiga yang bisa mengembalikan sampel dari sisi Bulan yang menghadap Bumi dengan misi Chang'e-5. China membuka sampel tersebut ke ilmuwan internasional Agustus lalu, dan Nelson memberi lampu hijau kepada peneliti yang didanai NASA untuk mengajukan permohonan akses.
Kini, upaya yang sama dilakukan agar AS bisa mengakses sampel Chang'e 6. "Saat ini kami sedang menjalani prosesnya bersama para ilmuwan dan pengacara kami untuk memastikanya tidak merupakan pelanggaran hukum," kata Nelson yang dikutip detikINET dari CNN
Di sisi lain, Nelson tetap yakin AS berada di jalur yang tepat dengan program Artemis NASA untuk mengalahkan Beijing dalam perlombaan antariksa mendaratkan manusia di Bulan. "Penerbangan luar angkasa itu sulit, tapi penerbangan luar angkasa dengan manusia yang paling sulit. Skalanya lebih sukar dibanding pendaratan robot," cetusnya.
Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "AS Ngarep Bisa Lihat Sampel Batu Langka Bulan Milik China"