Pornografi deepfake di Korsel. (Foto: BBC World) |
Kasus 'deepfake porn' atau pornografi deepfake semakin ngeri di Korea Selatan. Catatan otoritas setempat menunjukkan sedikitnya ada lebih dari 800 laporan kasus 'deepfake porn' hingga Rabu pekan ini. Polisi telah mengusut 387 tersangka. Mirisnya, lebih dari 80 persen pelaku di antaranya adalah remaja.
Sekitar 60 persen korban yang terlibat dalam kasus yang diselidiki oleh polisi dalam tiga tahun terakhir juga anak di bawah umur.
Awal bulan ini, polisi Korea Selatan mengatakan mereka meluncurkan penyelidikan apakah platform pesan terenkripsi Telegram membantu distribusi pornografi deepfake, termasuk yang di bawah umur.
Saluran Telegram disebut menjadi 'sarang' deepfake porn. Diduga memiliki lebih dari 220.000 peserta, yang sehari-hari membagikan materi 'deepfake porn'.
Deepfake porn mencakup konten eksplisit saat wajah individu diedit secara digital ke gambar atau video pornografi lainnya menggunakan artificial intelligence (AI).
Pelaku kejahatan deepfake dilaporkan telah menggunakan platform media sosial seperti Instagram untuk menyimpan foto-foto korban, yang kemudian digunakan untuk membuat materi pornografi palsu.
Media berita lokal melaporkan beberapa konten eksplisit dibuat, dilihat, dan dibagikan oleh mereka yang mengenal para korban, termasuk teman sekelas dan kolega.
Aksi demo terkait RUU kriminalisasi gambar pribadi mengandung unsur seksual juga digelar sejumlah aktivis pada Jumat (27/9/2024). Mereka mendesak RUU tersebut segera disahkan lantaran belakangan semakin marak kasus deepfake porn yang tersebar luas di media sosial.
Demonstran CNA berbicara mengatakan hal ini telah menyebabkan suasana ketakutan dan ketidakpercayaan di kalangan perempuan Korea Selatan di sekolah dan tempat kerja mereka sendiri.
Sejak krisis pornografi deepfake semakin merajalela, banyak perempuan bergegas menghapus foto dan video mereka dari media sosial.
"Saya tidak lagi mengunggah foto di media sosial, baik itu foto saya sendiri atau foto teman dan keluarga saya. Remaja seharusnya lebih khawatir, tetapi saya tidak berpikir usia menjadi masalah karena itu menjadi berbahaya begitu Anda terpapar," kata seorang wanita Korea Selatan kepada CNA.
Nona Choi Ji-hyeon adalah salah satu pengunjuk rasa yang telah berunjuk rasa seminggu sekali di Seoul sejak bulan lalu, mengatakan bahwa ia ingin suara para mahasiswi didengar.
"Pemerintah perlu turun tangan dan mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah ini di tingkat nasional," kata Nona Choi, yang merupakan kepala klub hak asasi manusia di Universitas Regional Seoul.
"Tetapi karena sekarang diserahkan kepada masing-masing individu, kami para mahasiswi harus mencari tahu sendiri. Kenyataannya adalah bahwa kami tidak punya pilihan selain curiga kepada teman-teman yang biasa kami ajak makan dan nongkrong."
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Ngerinya Pornografi 'Deepfake' di Korsel, Ada Lebih dari 800 Kasus dalam Sepekan"