![]() |
Ilustrasi operasi. (Foto: Getty Images/shapecharge) |
Seorang wanita di New Delhi, India, menjalani operasi caesar darurat untuk melahirkan anaknya. Tetapi, setelah operasi ia merasakan nyeri di sisi kanan perut bagian bawahnya.
Saat itu, dokter mengatakan kondisi yang dirasakan wanita 38 tahun itu adalah nyeri pascaoperasi yang normal. Tim dokter pun tidak memeriksanya lebih lanjut.
Sekitar empat tahun setelah operasi caesar itu, pasien mencari pertolongan medis lebih lanjut di sebuah rumah sakit di New Delhi pada 2014. Dokter melakukan USG dan CT scan, yang menunjukkan adanya kista di lokasi nyeri.
Namun, mereka belum dapat memastikan apa yang ada di inti kista tersebut. Dugaan awal mereka adalah kista mesenterika, yakni sejenis tumor jinak yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan nyeri.
Untuk memastikan diagnosisnya, mereka menggunakan MRI. Tetapi, para dokter dibuat bingung karena terlihat ada sesuatu yang tampak seperti membran tebal di inti massa tersebut.
Alih-alih tumor jinak, para dokter menduga kista tersebut membungkus cacing pita yang saja masuk ke tubuhnya jika pasien mengonsumsi makanan yang terkontaminasi telur cacing pita.
Penanganan yang Dilakukan
Setelah gagal mengidentifikasi isi kista melalui berbagai teknik scan, para dokter memutuskan untuk mengangkat massa misterius tersebut melalui pembedahan demi menghilangkan rasa sakit pada pasien. Selama operasi, mereka harus memotong bagian usus halus, tempat kista telah menyatu.
Pasien berhasil pulih setelah prosedur ini dan diperbolehkan pulang setelah tujuh hari dirawat.
Kista itu berukuran sekitar 20 cm, jauh lebih besar dari kista mesenterika pada umumnya. Biasanya, kista tersebut hanya berdiameter tidak lebih dari 5 cm.
Setelah membuka kista, para dokter menemukan spons bedah tertanam di tengahnya. Mereka menyimpulkan benda tersebut tertinggal di sana tidak sengaja saat operasi caesar.
Spons itu biasanya digunakan dalam operasi seharusnya steril. Hal itu dapat menjelaskan mengapa pasien tidak mengalami infeksi.
"Sistem kekebalan tubuh menganggap benda asing di dalam tubuh sebagai ancaman dan mencoba menghancurkan serta membuangnya. Tetapi, karena spons tersebut tidak mudah hancur, sistem pertahanan tubuh justru membungkusnya dalam kista untuk menyembunyikan potensi ancaman," tulis dokter dalam laporan kasus yang dipublikasikan dalam Case Reports in Surgery Wiley.
Dalam proses pembedahan, spons diperlukan untuk menyerap darah. Tetapi, setelah berubah menjadi merah, spons tersebut dapat menyatu dengan daging dan mudah terlewatkan saat luka harus ditutup.
Dikutip dari Live Science, ahli bedah jarang meninggalkan spons atau benda lain di perut pasien setelah operasi, yang dikenal sebagai gossypiboma. Kondisi ini akan lebih sulit dideteksi setelah operasi selesai.
Dalam kasus ini, spons terbuat dari bahan yang tidak terdeteksi pada pemindaian biasa, sehingga tidak terdeteksi pada tiga jenis pencitraan. Setelah kejadian ini, penulis laporan kasus merekomendasikan agar hanya spons yang dapat dideteksi radioaktif yang digunakan selama operasi selanjutnya.
Selain itu, jumlah spons yang ada di awal operasi dan yang dibuang dihitung untuk memastikan tidak ada yang hilang di dalam tubuh.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Ngilu! Spons Bedah Tertinggal di Tubuh Pasien sampai 'Terbungkus' Kista"