detikcom |
Virus baru yang disebut Langya Henipavirus atau Layv baru-baru ini ditemukan di China. Sejauh ini, virus Langya telah membuat sebanyak 35 orang sakit.
Kemunculan virus ini juga tak luput dari pemantauan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC). Meski risiko warga Uni Eropa terpapar virus ini masih dianggap sangat rendah, virus Langya saat ini ditetapkan berada di bawah pemantauan ECDC.
"Sebagai bagian dari kegiatan intelijen epidemi, ECDC memantau terjadinya infeksi dengan patogen manusia yang muncul termasuk virus dari genus Henipavirus," tulisnya yang dikutip dari laman resmi ECDC, Sabtu (13/8/2022).
"Berdasarkan informasi yang ada saat ini, risiko warga Uni Eropa yang mengunjungi atau tinggal di Provinsi Shandong dan Henan di China, tempat virus itu dilaporkan, dianggap sangat rendah. Demikian pula risiko infeksi bagi warga negara Uni Eropa di Eropa, yang dianggap sangat rendah (terinfeksi virus Langya)," jelasnya.
Virus Langya diidentifikasi melalui surveilans sentinel kasus demam dengan riwayat paparan dari hewan yang terjadi di China Timur. Sebanyak 35 orang yang terinfeksi virus Langya terdeteksi di Provinsi Shandong dan Henan, antara bulan April 2018 hingga Agustus 2022.
Gejala yang dikeluhkan yakni:
- Demam
- Batuk
- Anoreksia
- Mialgia
- Mual
- Sakit kepala
- Muntah
Dari informasi yang ada, tidak ada indikasi penularan virus Langya dari manusia ke manusia, tetapi hal itu tidak bisa dikesampingkan. Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memahami penularan virus LayV ini.
Sejauh ini, tidak ditemukan adanya kasus kematian akibat virus Langya. Tingkat keparahan dari penyakit ini juga relatif rendah.
"Gejala dan tanda yang dilaporkan tidak spesifik, sehingga kami tidak dapat mengecualikan terjadinya kasus manusia sebelum 2018 dan distribusi geografis virus yang lebih luas," tulis peneliti.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Infeksi 35 Orang di China, Virus Langya Dalam Pantauan CDC Eropa"