Hagia Sophia

10 September 2022

Ratu Elizabeth II Wafat, Ini Beberapa Perubahan yang Terjadi di Inggris

Ratu Elizabeth II/Foto: Getty Images, detikcom

Selepas kepergian Ratu Elizabeth II, beberapa perubahan terjadi di Britania Raya. Selama kurang lebih 12 hari, Inggris akan melangsungkan masa berkabung nasional.

Salah satu perubahan yang akan terjadi yakni pada uang dan koin yang beredar dengan potret Ratu Elizabeth II di dalamnya. Dilansir Metro UK, Jumat (9/9/2022), setelah meninggalnya sang ratu, uang dan koin yang beredar saat ini akan diganti dengan wajah Raja Charles III.

Ini berarti, potret baru Charles akan dipesan. Mata uang baru senilai jutaan pound akan dicetak oleh Royal Mint dan didistribusikan ke seluruh Inggris.

Proses ini kemungkinan dilakukan bertahap. Dengan demikian, mata uang yang menampilkan mendiang Ratu Elizabeth II mungkin masih beredar berbulan-bulan dan bertahun-tahun setelah kepergiannya.

Perlu diketahui pula, potret mendiang Ratu Elizabeth II tidak hanya ada di uang Inggris. Guinness World Records mencatat, potret Ratu Elizabeth II tergambar pada 35 mata uang negara di seluruh dunia, termasuk Kanada, Jamaika, Selandia Baru, Fiji dan Siprus. Oleh karena itu, kemungkinan mereka juga harus mengalami perubahan pada uang kertas dan koin mereka.

Mirip dengan koin, untuk perangko baru juga akan mengalami pergantian menuju potret Raja Charles secara perlahan-lahan. Meski demikian, perangko dengan potret Ratu Elizabeth II masih bisa digunakan.

Di sisi lain, tidak hanya pada mata uang berbentuk fisik, sektor instrumen finansial lainnya, saham, juga turut merasakan perubahan. Pada perdagangan pertama setelah kabar meninggalnya Ratu Elizabeth II, Bursa Efek London kemarin dibuka di zona hijau.

Indeks FTSE 100 menguat setelah sebelumnya ditutup menguat tipis. Tercatat indeks FTSE 100 dibuka menguat 0,91% atau 67 poin ke posisi 7.329. Beberapa saat kemudian penguatan berlanjut dengan naik 1,04% ke posisi 7.338.

Padahal sebelumnya, dilansir Mirror, Jumat (9/9/2022), pasar saham kemungkinan ditutup selama masa berkabung 12 hari, bahkan lebih lama. Namun ternyata tidak demikian.

Editor Bisnis France 24, Kate Moody mengatakan dalam sebuah video, pasar saham akan terus beroperasi seperti biasanya dan baru akan libur pada hari pemakaman Ratu Elizabeth II. Pihak Bursa Efek London pun menyampaikan belasungkawanya itu melalui laman resminya.

"Sekarang jika pemakaman berlangsung pada hari kerja, Bursa Efek London akan tutup untuk hari itu. Mereka telah mengeluarkan pernyataan simpati dan belasungkawa," kata Moody, dilansir melalui France 24.

"Tetapi juga mengkonfirmasi bahwa mereka akan buka seperti biasa, pada pukul 8.00 pada hari Jumat pagi," tambahnya.

Tidak hanya pasar saham yang masih melanjutkan aktivitasnya, Moody menyebut Kantor Statistik Nasional pun demikian.

"Kantor Statistik Nasional juga mengatakan akan terus menerbitkan datanya seperti biasa. Kita tidak tahu tentang Bank of England, mereka mungkin akan melakukan hal yang sama," tambah Moody.

Sementara untuk sektor bisnis swasta, Moody mengatakan, mereka bisa memilih sendiri apakah akan tutup selama periode berkabung atau tidak. Namun ia mengingatkan, sebelumnya pada perayaan Platinum Jubilee atau peringatan kepemimpinan ratu selama 70 tahun, bank sempat tutup selama dua hari hingga akhirnya menyumbang 0,6% kontraksi ekonomi Britania.

"Bank libur selama dua hari, sebagai bagian dari perayaan empat hari itu. Dan itu berkontribusi pada 0,6% kontraksi ekonomi Britania untuk bulan Juni. Hal ini pun sedikit diimbangi oleh kenaikan belanja konsumen," kata Moody.

Kondisi berkabung ini, kata Moody, juga membuat serikat pekerja menangguhkan aksinya untuk sementara sebagai bentuk belasungkawa.

"Kira-kira 10 hari berkabung nasional sampai pemakaman. kami telah mendengar dari tiga serikat pekerja... mereka mengatakan akan menangguhkan pemogokan yang dijadwalkan besok. Mereka menyampaikan belasungkawa untuk keluarga kerajaan," tambah Moody.






















Artikel ini telah tayang di finance.detik.com dengan judul "Sederet Perubahan yang Terjadi Selepas Kepergian Ratu Elizabeth II"