Hagia Sophia

28 November 2022

Ini Pengakuan Warga Korsel yang Tidak Ingin Punya Anak

Korea Selatan dihantui resesi seks. (Foto ilustrasi: Getty Images/Kevin Frayer)

Susul China dan Jepang, Korea Selatan juga kini dibayangi resesi seks. Resesi seks dikaitkan dengan menurunnya gairah seseorang untuk berhubungan seks, menikah, dan memiliki anak.

Pertama kalinya populasi 'menyusut' di Korea Selatan per 2021 dan diprediksi akan terus menurun, dari 52 juta menjadi 38 juta di 2070.

Tahun lalu, angka kesuburan Korsel bahkan menjadi yang terendah di dunia yakni 0,81. Pemerintah setempat akhirnya mendorong bantuan berupa uang tunai, tunjangan biaya kelahiran, pengobatan, hingga kemudahan pinjaman demi mengatasi 'resesi seks'.

Namun, Jung Chang-lyul, seorang profesor kesejahteraan sosial di Universitas Dankook, mengatakan langkah tersebut tampaknya sia-sia.

"Sementara masalah angka kelahiran yang rendah mungkin tampak penting di permukaan, masalah sebenarnya adalah tidak ada yang bertanggung jawab," kata Jung, merujuk pada tingginya biaya membesarkan anak dan harga real estat, paling tidak di Seoul, di mana rata-rata harga apartemen meningkat dua kali lipat dalam beberapa tahun terakhir.

Cerita Warga Korsel Enggan Punya Anak

Salah satunya dialami Choi Jung-hee, pekerja kantoran yang baru menikah. Ia tidak ada rencana memiliki anak.

"Hidupku dan suamiku yang utama," katanya.

"Kami menginginkan kehidupan yang menyenangkan bersama, meskipun orang-orang mengatakan memiliki anak dapat memberi kami kebahagiaan, tetapi kami juga harus banyak bekerja keras."

Gaya hidup 'pasutri' Korsel banyak berubah. Pertama kalinya pula, proporsi rumah tangga dengan hanya satu anak tercatat melampaui 40 persen. Tahun lalu, jumlah pernikahan bahkan mencetak rekor terendah sepanjang masa yakni 193 ribu orang.

Separuh warga Korsel disebut percaya pernikahan kini bukanlah suatu keharusan. Beberapa, terutama wanita, juga memprioritaskan kebebasan hidup secara pribadi dan mengesampingkan pernikahan.

Sementara profesor Jung menilai Korea Selatan memiliki salah satu tingkat kepuasan hidup terendah, dan tingkat bunuh diri tertinggi.

"Orang akan mulai memiliki anak hanya ketika kita menciptakan masyarakat di mana anak-anak tumbuh lebih bahagia dari kita," analisisnya.























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Korsel Dibayangi Resesi Seks, Begini Pengakuan Warga yang Ogah Punya Anak"