Foto: AFP/KHALED DESOUKI |
Fans sepak bola berbondong-bondong datang ke Qatar untuk menyaksikan Piala Dunia 2022. Setidaknya lebih dari satu juta orang datang ke Qatar untuk turnamen sepak bola paling akbar tersebut.
Namun, kebanyakan dari mereka bukan hanya nonton pertandingan sepak bola, melainkan juga menjajal berbagai wisata di Qatar.
Salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi turis Piala Dunia yakni safari di gurun atau padang pasir dengan menunggangi unta. Wisata itu salah satu favorit di negeri Timur Tengah ini.
Mengabadikan momen menunggangi unta di bukit pasir tentu akan jadi foto yang sempurna untuk dipajang di media sosial. Banyaknya turis yang datang berarti para unta pun harus bekerja lembur.
Seperti dilansir AP, ratusan pengunjung pada Jumat (25/11/2022) datang untuk safari padang pasir dan menunggu giliran menunggangi hewan berpunuk tersebut.
Unta-unta yang tidak berdiri dipaksa naik oleh pawangnya. Ketika seekor unta mengeluarkan serangan keras, seorang pengunjung wanita berteriak khawatir hewan itu mengamuk.
Ilustrasi menunggangi unta di padang pasir. (Foto: REUTERS/Abir Al Ahma) |
Para pawang unta mendapat berkah dari banyaknya pengunjung dan tentu saja pendapatan mereka berkali-kali lipat dari biasanya karena momen Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
"Ada banyak uang yang masuk," kata Ali Jaber al Ali, penggembala unta Badui berusia 49 tahun dari Sudan, seperti dilansir AP. "Terima kasih Tuhan, tapi ini banyak tekanan," tambahnya.
Rata-rata pada hari kerja sebelum Piala Dunia 2022, Al Ali mengatakan, perusahaannya akan menawarkan sekitar 20 wahana per hari dan 50 wahana pada akhir pekan. Sejak Piala Dunia dimulai, Al Ali dan rekan kerjanya menyediakan 500 wahana di pagi hari dan 500 wahana lagi di malam hari. Perusahaan itu berubah dari memiliki 15 unta menjadi 60 unta.
Banyak unta terlihat duduk seperti patung dengan moncong kain menutupi mulut mereka dan pelana cerah di tubuh mereka. Bau kotoran unta memenuhi udara ketika para pengunjung antre untuk menjajal wahana naik unta di padang pasir.
Seperti budaya negara Teluk lainnya, unta pernah menjadi transportasi penting bagi warga Qatar dan membantu dalam eksplorasi dan pengembangan rute perdagangan. Saat ini, unta menjadi hiburan budaya: balap unta adalah olahraga populer.
Al Ali mengatakan, dia tahu kapan seekor binatang lelah, biasanya jika iunta menolak untuk bangun atau duduk kembali setelah berdiri. Dia dapat mengidentifikasi setiap unta dengan fitur wajahnya.
"Saya orang Badui. Saya berasal dari keluarga Badui yang memelihara unta. Saya tumbuh dengan mencintai mereka," kata Al Ali.
Namun, lonjakan wisatawan yang tiba-tiba berarti semakin sedikit waktu untuk beristirahat di antara perjalanan membawa pengunjung. Perjalanan singkat hanya berlangsung 10 menit sementara perjalanan yang lebih lama berlangsung selama 20 hingga 30 menit.
Biasanya, kata Al Ali, seekor unta bisa beristirahat setelah lima kali perjalanan. "Sekarang, orang mengatakan kita tidak bisa menunggu, karena mereka punya rencana lain yang harus mereka tuju di tengah gurun," katanya.
Sejak Piala Dunia dimulai, hewan-hewan tersebut dibawa selama 15 hingga 20, terkadang bahkan 40 wahana tanpa istirahat. Saat Piala Dunia, para unta sudah mulai bekerja pukul 4.30 pagi, karena sejumlah turis ingin berfoto di atas unta dengan latar matahari terbit di padang pasir.
Dari tengah hari hingga pukul 14.00, baik pawang maupun unta istirahat, lalu mereka lanjut meladeni turis lagi dari sore sampai malam.
Artikel ini telah tayang di cnnindonesia.com dengan judul "Unta-unta di Qatar Mulai Kelelahan Ladeni Turis Piala Dunia"