Foto: AP/Anupam Nath |
India melaporkan nyaris 25 ribu orang diduga terkena heatstroke dan 56 di antaranya meninggal dunia. Gelombang panas di negara tersebut sudah berlangsung sejak Maret hingga Mei.
Mei bahkan menjadi bulan terburuk bagi ibu kota India, Delhi, dan negara bagian India lain, Rajahstan. Suhunya saat itu mencapai 50 derajat Celcius.
Sementara sebagian wilayah India timur terguncang akibat dampak topan Remal. Hujan lebat di negara bagian Assam di timur laut telah menewaskan 14 orang sejak Selasa (28/5/2024).
Di negara kepulauan Sri Lanka, sedikitnya 15 orang tewas akibat banjir dan tanah longsor setelah hujan lebat mengguyur wilayah tersebut, kata Pusat Manajemen Bencana (DMC) negara itu pada Minggu.
Berbagai faktor telah menyebabkan musim panas parah di Asia Selatan, sebuah tren yang menurut para ilmuwan diperburuk perubahan iklim akibat aktivitas manusia.
Setidaknya 33 orang, petugas pemilu yang bertugas di India meninggal karena heatstroke atau serangan panas di negara bagian Uttar Pradesh dan Bihar di utara, Odisha di timur pada hari Jumat.
Data dari Pusat Pengendalian Penyakit Nasional India (NCDC) menunjukkan situasi terburuk terjadi pada Mei, dengan 46 kematian dan 19.189 kasus diduga heatstroke, menurut laporan situs berita The Print.
Jika kita memperhitungkan kasus-kasus yang dicurigai, jumlah total kematian di India bisa jauh lebih tinggi, yakni mencapai 80 orang, demikian laporan surat kabar The Hindu.
Lebih dari 5.000 kasus heatstroke terdeteksi di negara bagian Madhya Pradesh saja.
Kantor cuaca memperkirakan kondisi gelombang panas tidak akan terlalu parah hingga hari Rabu dan datangnya musim hujan lebih awal di negara bagian Kerala di bagian selatan pada minggu lalu diperkirakan akan membawa lebih banyak bantuan.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Suhu Panas Super 'Mendidih', Nyaris 25 Ribu Warga India Terkena Heatstroke"