Ilustrasi Bakteri (Foto: Getty Images/Science Photo Libra/KATERYNA KON) |
Penyakit bakteri pemakan daging di Jepang juga disebut sindrom syok toksik streptokokus atau Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS). Penyakit ini menyerang lebih dari 1.000 orang pada enam bulan pertama 2024 dan kini masih merebak.
Simak artikel ini untuk mengetahui penyebab bakteri pemakan daging di Jepang yang cepat merebak, lengkap dengan penjelasan apa itu STSS, beserta gejala, dan pencegahannya.
Dikutip dari situs Kementerian Kesehatan, STSS atau bakteri pemakan daging yang dilaporkan di Jepang adalah sindrom yang dapat menghancurkan kulit, lemak, dan jaringan di sekitar otot dalam waktu singkat. Oleh karenanya disebut sebagai pemakan daging.
Bakteri yang dimaksud adalah Streptococcus pyogenes kelompok A yang biasanya muncul dengan gejala faringitis atau peradangan pada tenggorokan atau faring.
Guru Besar Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof dr Amin Soebandrio PhD SpMK kepada detikHealth menjelaskan bakteri Strep A bukanlah bakteri yang baru ditemukan. Bakteri ini bisa ditemukan di tubuh, kulit, hingga dalam saluran pernapasan.
Saat Strep A menginfeksi pun sebenarnya tidak langsung membuat seseorang mengalami STSS. Prof Amin menyebut STSS bisa dicegah jika infeksi fase awal bisa langsung ditangani dengan cepat.
Penyebab Bakteri Pemakan Daging di Jepang
Berdasarkan situs RSUD Meuraxa Banda Aceh, penyebab bakteri pemakan daging di Jepang adalah infeksi bakteri Streptococcus A. Infeksi STSS ini dapat berakibat fatal karena pasien dapat mengalami sepsis dan gagal multiorgan.
Penularan bakteri ini sering terjadi antarmanusia secara langsung, baik melalui droplet atau percikan air liur saat batuk dan bersin, maupun melalui kontak dengan sekret selain air liur, seperti cairan dari luka yang terbuka dan sekret hidung.
Selain itu, penyebaran bakteri Streptococcus A juga bisa terjadi lewat makanan, meskipun hal ini jarang terjadi.
Faktor Risiko
Dilansir dari laman Rumah Sakit Pusat Pertamina, beberapa orang berisiko lebih tinggi terkena infeksi bakteri pemakan daging, yakni seperti orang dengan kondisi berikut ini:
- Orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah
- Orang dengan diabetes
- Orang yang berpenyakit ginjal atau hati
- Orang yang mengkonsumsi obat steroid atau obat imunosupresif
- Pecandu alkohol
Gejala Bakteri Pemakan Daging
Dikutip dari Channel News Asia, gejala awal dari infeksi bakteri pemakan daging ini bisa tumpang tindih dengan penyakit virus pada umumnya, terutama jika terjadi pada anak-anak. Hal ini menyebabkan STSS sulit untuk didiagnosis.
Namun beberapa gejala awal infeksi bakteri pemakan daging ini harus kita waspadai. Gejalanya meliputi:
- Demam dan badan menggigil
- Kulit kemerahan
- Kulit terasa panas jika disentuh
- Nyeri parah dan bengkak di area yang terinfeksi
- Munculnya nanah
- Area yang terinfeksi terasa sakit atau mati rasa
Cara Pencegahan Bakteri Pemakan Daging
Adapun cara pencegahan agar bakteri pemakan daging agar tidak menular adalah sebagai berikut:
- Menutup luka menggunakan perban steril dan kering
- Menjaga kebersihan luka
- Rajin mencuci tangan dengan air dan sabun
- Segera mencari bantuan medis
- jika mengalami luka atau gigitan hewan, segera periksakan ke dokter
- Makan makanan yang bergizi untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh
- Berolahraga secara teratur
Itulah tadi telah kita ketahui penyebab bakteri pemakan daging di Jepang atau yang disebut Streptococcal Toxic Shock Syndrome, lengkap dengan gejala dan pencegahannya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kenali Penyebab Bakteri Pemakan Daging di Jepang dan Gejalanya"