Kesehatan mental (Foto: Getty Images/iStockphoto/Motortion) |
Baru-baru ini ramai soal prevalensi kasus gangguan jiwa berat skizofrenia tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Menurut hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dirilis Kementerian Kesehatan RI pada Juni 2024, Provinsi DIY dinyatakan sebagai wilayah dengan prevalensi tertinggi untuk rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga (ART) bergejala psikosis/skizofrenia, yaitu 9,3 persen.
Disusul Jawa Tengah dengan prevalensi 6,5 persen dan Sulawesi Barat 5,9 persen. Untuk rumah tangga yang memiliki ART dengan gejala dan sudah diagnosis gangguan jiwa psikosis/skizofrenia oleh dokter, DIY juga memiliki prevalensi paling tinggi yaitu 7,8 persen.
Terkait hal tersebut, Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes RI, dr Imran Pambudi mengatakan data memang menunjukkan provinsi DIY memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan provinsi lainnya. Meski begitu, angka tersebut belum dilakukan pembobotan untuk mendapatkan prevalensi per individu. Saat ini tengah dalam proses perhitungan.
Di sisi lain, dr Imran mengatakan terdapat beberapa kemungkinan yang menjadi pemicu prevalensi psikosis/skizofrenia tinggi di DIY.
"Beberapa bencana besar yang terjadi di Provinsi DIY (Gempa, Gunung Merapi, kekeringan, dan sebagainya) terutama di beberapa kabu tertentu dapat mempengaruhi kesehatan jiwa," ucapnya saat dihubungi detikcom, Kamis (8/8/2024).
Kemudian, lanjutnya, tekanan sosial, ekonomi, serta perubahan gaya hidup menjadi faktor risiko timbulnya masalah kesehatan mental. "Seperti depresi, kecemasan, dan skizofrenia semakin umum ditemui," katanya.
"Perlunya ditingkatkan deteksi dini dan penanganan awal masalah kesehatan jiwa sehingga dapat mengurangi angka prevalensi gangguan jiwa berat," lanjutnya lagi.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kemenkes RI Ungkap Kemungkinan Pemicu Kasus Skizofrenia Tinggi di Yogyakarta"