Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Professor25) |
Pemerintah Rwanda di Afrika mengumumkan enam kasus kematian dan 20 kasus infeksi virus Marburg sejak awal epidemi. Hal tersebut diungkapkan secara langsung oleh Menteri Kesehatan Rwanda Sabin Nsanzimana pada Sabtu.
Sabin menuturkan mayoritas korban meninggal adalah petugas kesehatan di unit perawatan intensif.
"Kami menghitung 20 orang yang terinfeksi dan enam orang yang telah meninggal karena virus ini. Sebagian besar kasus dan kematian yang terjadi di antara petugas kesehatan, terutama di unit perawatan intensif," ucap Sabin dikutip dari Reuters, Minggu (29/9/2024).
Penyakit marburg merupakan sejenis demam berdarah langka yang disebabkan oleh virus. Pada kasus parah, infeksi dari virus Marburg dapat menyebabkan kematian.
Pihak Kementerian Kesehatan mengatakan beberapa gejala yang muncul di antara pasien meliputi sakit kepala parah, muntah, nyeri otot, dan sakit perut.
Pada saat ini Kementerian Kesehatan Rwanda bekerja sama dengan lembaga lain tengah melakukan pelacakan pada mereka yang melakukan kontak dengan individu yang terinfeksi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi virus yang lebih luas lagi.
Tingkat kematian akibat atau fatality rate infeksi virus marburg dapat mencapai 88 persen, tergantung pada varian dan penanganannya. Marburg berasal dari keluarga virus yang sama dengan penyebab ebola dan ditularkan ke orang-orang dari kelelawar buah.
Virus kemudian menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi.
Penyebaran virus marburg tidak hanya terjadi di Rwanda, melainkan negara lain. Pada tahun 2023, Tanzania sempat melaporkan kasus Marburg, sama halnya dengan Uganda pada tahun 2017.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "6 Orang Meninggal di Rwanda Akibat Virus Marburg, Mayoritas Tenaga Medis"