Hagia Sophia

25 November 2024

Ini Kata Mantan Penderita COVID-19 yang Gejalanya Masih Ada Selama Bertahun-tahun

Ilustrasi pasien. (Foto: thinkstock)

Wachuka Gichohi menjadi salah satu pasien di Kenya, yang hidup dengan kondisi long COVID-19. Empat tahun berlalu sejak dirinya menerima diagnosis positif Corona. Hingga kini, Gichohi masih mengalami gejala kelelahan, nyeri sendi, panic attack dan keluhan lain yang amat mengganggu aktivitas keseharian.

Pada malam hari, ia bahkan merasa kerap berada dalam ketakutan akan meninggal dalam kondisi tersebut. Gichohi (41) kini nyaris putus asa, berpikir dirinya benar-benar tidak akan sembuh.

"Saya pikir, saya harus menerima, kalau kemungkinan tidak akan sembuh," terangnya, dikutip dari Reuters, Jumat (22/11/2024).

Studi ilmiah terkini mengungkap pengalaman jutaan pasien seperti Gichohi. Mereka menyatakan, semakin lama seseorang sakit, semakin rendah peluang mereka untuk pulih sepenuhnya.

Kelompok yang Berisiko

Waktu terbaik untuk pemulihan dinilai berada dalam enam bulan pertama setelah tertular COVID-19. Peluang yang lebih tinggi untuk pulih terjadi pada orang-orang yang gejala awalnya tidak terlalu parah, serta mereka yang telah divaksinasi, menurut temuan para peneliti di Inggris dan Amerika Serikat.

Sementara orang-orang dengan gejala berlangsung antara enam bulan hingga dua tahun dan seterusnya, cenderung tidak benar-benar pulih.

"Bagi pasien yang telah berjuang selama lebih dari dua tahun, peluang untuk pulih sepenuhnya akan sangat tipis," kata Manoj Sivan, seorang profesor kedokteran rehabilitasi di Universitas Leeds dan salah satu penulis temuan yang dipublikasikan di The Lancet.

Cerita lain datang dari Leticia Soares, 39, di timur laut Brasil, terinfeksi pada tahun 2020 dan telah berjuang melawan kelelahan hebat dan nyeri kronis. Ia bahkan 'hanya' bisa menghabiskan waktu lima jam, di luar tempat tidur.

Sehari-hari, Soares bekerja sebagai salah satu pemimpin dan peneliti di Patient-Led Research Collaborative, kelompok advokasi yang terlibat dalam riset baru bukti long COVID yang baru-baru ini diterbitkan di Nature.

Soares mengatakan ia percaya pemulihan jarang terjadi lebih dari 12 bulan. Beberapa pasien mungkin menemukan gejala mereka mereda, hanya untuk kambuh, semacam remisi yang dapat disalahartikan sebagai pemulihan, katanya.

"Ini sangat melumpuhkan dan mengisolasi. Anda menghabiskan waktu setiap kali bertanya-tanya, 'Apakah saya akan bertambah buruk setelah ini?'" tanyanya.

Obat yang Dikonsumsi

Soares mengonsumsi antihistamin dan perawatan lain yang umum tersedia untuk mengatasi kehidupan sehari-hari.

Sementara penyakit Gichohi dikesampingkan oleh dokternya, dan dia beralih ke praktisi pengobatan fungsional, yang berfokus pada perawatan yang lebih holistik.

Dia pindah dari kota asalnya yang sibuk di Nairobi ke kota kecil dekat Gunung Kenya, mengawasi tingkat aktivitasnya untuk mencegah kelelahan dan menerima terapi akupunktur serta trauma.

Dia telah mencoba pengobatan kecanduan naltrexone, yang memiliki beberapa bukti manfaat untuk gejala COVID jangka panjang, dan obat anti-infeksi parasit yang kontroversial ivermectin, tetapi dia mengatakan obat tersebut tak terlalu membantu.

"Pendekatan pengobatan bertahap diharapkan selama penelitian berlangsung, dan mungkin dalam jangka panjang," kata Anita Jain, spesialis COVID jangka panjang di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sementara itu, pengidap long COVID menghadapi tantangan baru dengan setiap lonjakan kasus. Sejumlah penelitian menunjukkan infeksi ulang dapat memperburuk long COVID yang sudah ada.

Seperti yang dialami Shannon Turner, penyanyi berusia 39 tahun dari Philadelphia, terjangkit COVID-19 pada akhir Maret atau awal April 2020.

Ia sebelumnya memiliki riwayat artritis psoriatis dan sindrom antibodi antifosfolipid, kondisi autoimun yang membuatnya rutin mengonsumsi steroid dan imunoterapi. "Kondisi seperti itu dapat meningkatkan risiko terkena COVID jangka panjang," kata para peneliti.

Musim panas lalu, Turner kembali terjangkit COVID. Sekali lagi, ia sangat lelah dan menggunakan alat bantu jalan untuk bergerak.


























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kata Para 'Alumni' COVID yang Gejalanya Tak Sembuh Bertahun-tahun"