Demo anti-lockdown warga China menentang kebijakan Xi Jinping. (REUTERS/THOMAS PETER) |
Sejumlah kota di China melonggarkan pembatasan Covid-19 pada Jumat (2/12) usai protes terhadap pemerintahan Xi Jinping mencuat di beberapa wilayah di Negara Tirai Bambu itu.
Beberapa kota itu di antaranya Beijing. Pemerintah kota melonggarkan aturan seperti tes massal harian.
Otoritas kesehatan Beijing juga meminta rumah sakit tak menolak merawat pasien tanpa tes PCR dengan hasil negatif.
Kota Chengdu juga memerlukan hal serupa. Pihak berwenang tak lagi mewajibkan hasil tes negatif Covid-19 untuk memasuki tempat umum atau naik transportasi publik.
Warga Chengdu hanya perlu kode kesehatan hijau yang mengonfirmasi mereka tak bepergian ke area "berisiko tinggi."
Selain dua kota tersebut, Kota Urumqi, Provinsi Xinjiang juga melonggarkan aturan pembatasan Covid-19.
Pihak berwenang di Urumqi mengumumkan supermarket, hotel, restoran dan resor, akan dibuka secara bertahap.
Urumqi merupakan salah satu kota yang mengalami penguncian wilayah paling lama di China.
Pemerintah China juga mengizinkan pasien yang terinfeksi virus corona menjalani karantina di rumah.
Usai protes di berbagai wilayah, pemerintah pusat mengisyaratkan bakal melonggarkan strategi nol-Covid.
Wakil Perdana Menteri China, Sun Chunlan, mengungkapkan varian Omicron melemah dan tingkat vaksinasi meningkat.
Lebih lanjut, Sun mengatakan "situasi baru" ini membutuhkan "tugas baru."
Dalam pernyataannya, Sun juga tak menyebut soal nol-Covid. Ia hanya mengatakan strategi yang mengganggu ekonomi dan kehidupan sehari-hari, mungkin akan segera dilonggarkan.
Pelonggaran di sejumlah wilayah dan pernyataan pejabat China muncul usai terjadi protes di beberapa kota.
Terbaru, warga di Guangzhou, China Selatan, menggelar demo pada Selasa malam hingga Rabu. Demo ini bahkan berujung bentrok antara polisi dengan peserta aksi.
Pekan lalu, Shanghai juga menjadi sorotan usai warga menggelar aksi di jalan Urumqi. Aksi ini juga berujung ricuh.
Demo di Urumqi berawal saat warga protes atas kematian 10 orang imbas kebakaran di Ibu Kota Provinsi, Xinjiang, pada Kamis pekan lalu.
Warga menilai banyak korban meninggal karena petugas telat tiba di lokasi karena terhambat lockdown yang terlalu ketat.
Sehari usai insiden itu, ratusan warga menggelar aksi protes di depan kantor pemerintahan Urumqi.
Pada Oktober lalu, warga juga menyuarakan protes jelang Kongres Partai Komunis China (PKC) di Beijing atau yang dikenal Beijing Bridge.
Foto-foto yang beredar di media sosial menunjukkan dua spanduk tergantung di jalan layang di Beijing.
"Katakan tidak untuk tes Covid, ya untuk makanan. Tidak untuk mengunci, ya untuk kebebasan," tulis salah satu spanduk, seperti dikutip CNN.
Artikel ini telah tayang di cnnindonesia.com dengan judul "Kota di China Longgarkan Aturan Covid-19 usai Xi Jinping Didemo"