Ilustrasi pasien. (Foto: iStock) |
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut paparan matahari dalam jangka waktu lama bisa berdampak pada kesehatan kulit. Matahari sendiri terdiri dari radiasi ultraviolet. Jika jenis radiasi ini mengenai sel kulit, otomatis dapat merusak sel DNA hingga berujung kanker.
Saat kondisi tersebut terjadi, sel-sel kulit pada dasarnya tumbuh tidak terkendali. Ada dua jenis utama kanker kulit yakni melanoma atau jenis yang lebih mematikan dan non-melanoma, jenis yang tidak terlalu mematikan tetapi jauh lebih umum ditemukan.
Kanker kulit non-melanoma biasanya ditandai dengan munculnya benjolan merah atau bercak datar dan bersisik yang tidak sembuh selama beberapa minggu. Kondisi ini kerap dialami pekerja di luar ruangan, risiko terkena bahkan mencapai 60 persen lebih tinggi dibandingkan mereka yang sehari-harinya berada di dalam ruangan.
Jenis kanker kulit ini tidak hanya terlihat pada wajah, telinga, atau kepala, tetapi juga di lengan dan tungkai.
"Lebih banyak orang yang bekerja di luar ruangan dan meninggal akibat kanker kulit non-melanoma akibat paparan ini dibandingkan yang dapat kita bayangkan sebelum melakukan perkiraan. Sekitar 1 dari 4 pekerja di seluruh dunia terpapar sinar matahari yang intens saat bekerja. Itu berarti 1,6 miliar orang di seluruh dunia," terang Technical Officer WHO dr Frank Pega dalam siaran resmi, Kamis (25/1/2024).
"Jadi mereka adalah para petani di sawah, buruh bangunan, orang-orang yang bekerja di sektor non-organisasi selama berjam-jam di bawah sinar matahari yang terik," sambungnya.
Kelompok pekerja luar ruangan yang sebagian besar tinggal di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah seringkali bekerja di sektor perekonomian informal. Mereka tidak memiliki perlindungan kesehatan yang mampu diberikan oleh pekerjaan formal.
Satu dari tiga kematian akibat kanker kulit non-melanoma sebenarnya disebabkan oleh bekerja di bawah sinar matahari. Berarti, ada sekitar 19.000 kematian secara global setiap tahunnya.
"Jika Anda bekerja di luar ruangan, Anda berisiko lebih tinggi dan kami menemukan bahwa jumlah orang yang meninggal akibat kanker kulit non-melanoma di setiap wilayah per populasi hampir sama. Jadi ini adalah masalah global. Selain itu, ini merupakan masalah yang semakin besar karena jumlahnya meningkat dua kali lipat dalam 20 tahun terakhir," sambungnya.
WHO mengimbau pemerintah untuk mengeluarkan peraturan dan kebijakan yang bisa mencegah intensitas bekerja di luar ruangan terlalu tinggi.
Selain itu, pemerintah disebut dapat memberikan informasi risiko kesehatan kepada masyarakat.
"Ini sangat penting. Mereka dapat berbicara tentang protokol keselamatan matahari dan tindakan perlindungan yang dapat diambil. Hal ini juga penting karena terdapat persyaratan agar pekerja diberikan pakaian pelindung. Mereka dapat mengenakan topi bertepi lebar, kemeja lengan panjang, celana panjang, dan juga dapat menyediakan tabir surya atau sunscreen," sambungnya.
"Selain itu, penting bagi kita untuk memiliki layanan dan sistem kesehatan yang berfungsi untuk mencegah kanker kulit dan memeriksa pekerja secara rutin sehingga kanker kulit dapat dideteksi sejak dini dan dapat diobati," kata dia.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Jangan Lupa Sunscreen! WHO Sebut Kematian Kanker Kulit Meningkat 2 Kali Lipat"