Ilustrasi berbuka puasa (Foto: Getty Images/Drazen Zigic) |
Selama bulan Ramadan, umat muslim di seluruh dunia diwajibkan untuk berpuasa dari sebelum matahari terbit hingga terbenam selama 30 hari.
Dalam Islam, puasa diartikan sebagai salah satu bentuk ibadah yang menumbuhkan pertumbuhan spiritual dan hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan. Ini juga merupakan cara untuk melatih pengendalian diri dan menunjukkan empati terhadap mereka yang membutuhkan.
Berpuasa juga tak hanya berfungsi sebagai sarana untuk membersihkan jiwa dan memperkuat hubungan seseorang dengan Yang Ilahi, tapi juga memiliki efek yang besar pada tubuh. Seperti apa?
Ini yang Terjadi pada Tubuh saat Puasa
Para ahli di bidang gastroenterologi, kardiologi, dan endokrinologi mengatakan puasa Ramadan dapat berdampak positif bagi kesehatan fisik.
Puasa telah terbukti dapat meningkatkan kesehatan pencernaan, meningkatkan metabolisme, dan membantu penurunan berat badan. Selain itu, memungkinkan tubuh untuk melakukan detoksifikasi dan peremajaan organ, sehingga menghasilkan vitalitas baru.
1. Meningkatkan Kesehatan Pencernaan
Kepala unit gastroenterologi dan endoskopi, konsultan gastroenterologi dan endoskopi terapeutik, dan direktur program fellowship di International Medical Center (IMC) Jeddah, Adeeb El-Ghalayini mengatakan berpuasa selama sebulan memiliki nilai dan dampak yang luar biasa pada sistem pencernaan bagi orang yang mengalami masalah kronis atau orang sehat yang ingin menjaga kesehatan ususnya.
Meski begitu, ia menegaskan untuk mendapatkan manfaat puasa selama Ramadan, seseorang harus mengikuti kebiasaan makan sehat, bersih, dan ringan. Hal ini dikarenakan memungkinkan tubuh melakukan detoksifikasi dan meningkatkan kekebalan terhadap bakteri dan virus yang terakumulasi dalam sistem pencernaan selama bertahun-tahun.
"Ide utamanya adalah memberikan waktu istirahat pada sistem pencernaan kita agar flora normal dan sehat yang melapisi lambung dan usus kita dapat bereplikasi dan menyingkirkan bakteri jahat yang menyebabkan kembung, nyeri, refluks asam, dan banyak lagi," kata El- Ghalayini, dikutip dari Arab News, Senin (18/3/2024).
Flora usus yang sehat akan memungkinkan penyerapan nutrisi yang lebih baik, menyediakan sumber energi yang besar dan mengurangi rasa lelah di awal Ramadan.
El Ghalayini menambahkan bahwa pada akhir Ramadan, gejala gastrointestinal akan membaik, dan frekuensi keluhan selama sisa tahun akan berkurang.
Di samping manfaat puasa untuk pencernaan, dr Mario Budi Purwanegara Tambunan, SpPD-KGEH berpendapat bahwa beberapa masalah pencernaan tertentu yang sudah parah sebaiknya tidak memaksakan diri untuk berpuasa.
"Misalnya sudah mengarah reflux, kadang-kadang sampai panas dadanya, itu saran kita sudahi saja dulu (puasanya) sambil kita evaluasi. Heartburn-nya itu smpai menyesai ke dada. Panas," ucapnya dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (13/3).
Menurut dr Mario, pengidap masalah lambung masih bisa berpuasa selama kondisinya terkontrol dan obat rutin tetap diminum sesuai anjuran dokter. Penting juga untuk menghindari makanan dan minuman yang memicu reflux atau naiknya cairan asam dari lambung ke krongkongan.
"Tetap puasa ibadah harus kita maksimalkan. sesuai dengan kemampuan kita. Nah bila sudah ke arah sana, seperti dada rasanya terbakar, sendawa yang bolak-balik, ya sudah sarannya disudahi dulu sambil konsolidasi, melihat dan makan obat," jelas dr Mario.
Terkait anggapan bahwa pola makan yang lebih teratur saat puasa bisa mengatasi GERD (Gastroesophageal Reflux Disease), dr Mario tak membantah tetapi juga tidak sepenuhnya membenarkan. Menurutnya, tetap harus dilihat kondisi masing-masing individu karena tidak selalu bisa disamaratakan.
"Tergantung. Kalau dia sudah kronis, mau kita bantu (dengan puasa) ya aku rasa tidak. Tapi kalau hanya masih bisa terkendali, ya mungkin masih bisa dengan pola makan yang teratur," terang dr Mario.
2. Efek Puasa Terhadap Kesehatan Jantung
Ahli jantung menemukan puasa dapat meningkatkan kesehatan jantung pada orang dengan atau tanpa penyakit yang sudah ada sebelumnya.
"Puasa memiliki beberapa dampak positif pada faktor risiko kardiovaskular, seperti menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar kolesterol, meningkatkan sensitivitas insulin, dan mendorong penurunan berat badan, yang akan menyebabkan penurunan kejadian jantung di masa depan seperti serangan jantung atau stroke," kata Dr Seraj Abualnaja, konsultan ahli jantung, dan kepala pusat jantung di IMC Jeddah.
Meskipun puasa dapat memberikan manfaat, Abualnaja mengatakan bahwa individu dengan masalah kardiovaskular harus berkonsultasi dengan dokter sebelum berpuasa selama Ramadan. Hal ini bertujuan untuk menilai status kesehatan mereka dan memberikan rekomendasi yang dipersonalisasi.
Membantu Mengatur Kadar Gula Darah
Ahli endokrinologi juga mengamati bahwa puasa dapat membantu mengatur kadar gula darah dan meningkatkan sensitivitas insulin, yang bermanfaat bagi pengidap diabetes atau berisiko terkena penyakit tersebut.
Ahmed BaSaeed, konsultan endokrinologi, penyakit metabolik, dan penyakit dalam di The First Clinic di Jeddah, mengatakan "Puasa dapat meningkatkan kadar gula darah, terutama bagi pasien diabetes tipe 2, karena kita mengurangi jumlah asupan makanan dan tidak diperbolehkan makan pada siang hari."
BaSaeed mengatakan, individu non-diabetes yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes.
"Puasa membantu mendorong gaya hidup yang lebih sehat dengan mengurangi kalori, gula, minuman soda, dan pati, sehingga mendorong penurunan berat badan," katanya.
Dia mengatakan masyarakat harus menghindari makanan dengan indeks glikemik tinggi seperti roti putih, permen, dan pasta, yang dengan cepat meningkatkan gula darah dan kolesterol jahat.
Tak hanya itu, BaSaeed juga mengatakan penting untuk menghindari konsumsi makanan dalam jumlah besar dengan cepat. Harus ada fokus pada pola makan seimbang dengan peningkatan asupan protein.
"Pasien diabetes harus mengukur gula darahnya lebih sering, terutama pasien yang menggunakan insulin atau obat yang meningkatkan risiko hipoglikemia atau gula darah rendah."
Apabila gula darah mencapai tingkat rendah - 70 miligram per desiliter atau di bawahnya, pengidap diabetes harus segera berbuka puasa.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Apa yang Terjadi Pada Tubuh saat Puasa Seharian? Begini Kata Ahli Medis"