Warga Jepang saat mengalami gempa bermagnitudo 7,1 (Foto: Kyodo News via AP) |
Warga Jepang ramai-ramai melakukan panic buying setelah muncul peringatan gempa besar atau megaquake. Panic buying tersebut terjadi pasca gempa bumi bermagnitudo 7,1 di wilayah Selatan negara itu pada Kamis (8/8). Hal ini memicu kelangkaan produk di sejumlah supermarket.
Panic buying diartikan sebagai perilaku pembelian mendadak untuk barang-barang konsumsi dalam kuantitas yang banyak sampai pada tahap penimbunan. Dikutip dari Japan Times, sebuah supermarket di Tokyo sampai memasang tulisan permintaan maaf lantaran kehabisan produk tertentu, salah satunya air kemasan.
Dalam tulisan itu, supermarket menyatakan pembelian air kemasan akan dibatasi karena stok yang "tidak stabil".
Situs web raksasa e-commerce Jepang, Rakuten, pada Sabtu (10/8) juga menunjukkan bahwa sejumlah produk menduduki puncak daftar barang yang paling dicari saat ini. Produk-produk itu antara lain toilet portable, makanan yang diawetkan, hingga air kemasan.
Beberapa pengecer di sepanjang garis pantai Pasifik juga melaporkan permintaan produk yang tinggi terkait antisipasi bencana serupa. Panic buying atau aktivitas penimbunan barang ini terjadi setelah Badan Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan potensi megaquake di Palung Nankai pada Jumat (9/8).
Daerah ini telah menjadi lokasi gempa bumi dahsyat bermagnitudo delapan atau sembilan setiap satu atau dua abad, dengan pemerintah pusat sebelumnya memperkirakan gempa besar berikutnya dapat terjadi dalam 30 tahun ke depan dengan probabilitas sekitar 70 persen.
Meskipun wilayah tersebut berisiko tinggi, potensi terjadinya gempa besar masih rendah. Kementerian Pertanian dan Perikanan Jepang juga mendesak masyarakat untuk menahan diri dari menimbun barang secara berlebihan.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Warga Jepang Panic Buying, Stok Air Kemasan dan Makanan Sampai Ludes"