Panic buying di Jepang. (Foto: AFP/PHILIP FONG) |
Stok beras mendadak langka di Jepang, pada beberapa toko bahkan stoknya kosong dan tidak terlihat sama sekali di sepanjang rak yang terpajang. Panic buying tengah terjadi di Negeri Sakura.
Hal ini berkaitan dengan kekhawatiran warga di tengah peringatan badai bencana termasuk gempa hingga topan, terlebih mereka memasuki pekan libur nasional selama sepekan. Meski pemerintah sudah mengeluarkan imbauan terkait menahan diri untuk tidak panic buying, nyatanya tidak sedikit warga yang masih kesulitan mendapat stok beras.
Nobuko Stratton, istri dari pegawai sipil Departemen Pertahanan Joseph Stratton, mengatakan dia tidak dapat menemukan beras di mana pun di luar Pangkalan Udara Yokota, tempat suaminya bekerja untuk Grup Pemeliharaan ke-374.
"Saya makan nasi setiap hari," katanya kepada Stars and Stripes pada hari Rabu melalui Facebook Messenger.
"Begitulah cara saya dibesarkan. Ketika saya pergi ke Amerika Serikat untuk pertama kalinya dan menghabiskan minggu pertama tanpa makan nasi, saya mulai sakit perut. Saya tidak ingin melihat roti dan pasta lagi."
Di kota tetangga Fussa, supermarket Seiyu kehabisan beras, kata seorang pegawai toko melalui telepon pada hari Rabu pagi. "Ketika kami mendapatkannya, beras itu langsung habis terjual," katanya.
Sementara toko kelontong Marufuji di sisi timur Fussa juga kehabisan beras, kata seorang pegawai melalui telepon di hari yang sama.
"Kami memang mendapatkannya tetapi tidak setiap hari," kata pegawai itu. Dia mengatakan beras menjadi langka awal bulan ini.
Kedua toko membatasi penjualan satu kantong per pelanggan, kata kedua pegawai itu, yang menolak disebutkan namanya karena mereka tidak memiliki wewenang untuk berbicara kepada media. "Di komisariat Yokota, banyak beras tersedia," kata Stratton.
Namun, merek-merek yang tersedia dari Amerika seperti Nishiki, Minute, dan Blue Ribbon, yang berbeda dari beras Jepang. "Saya bisa merasakan perbedaannya, nasi Jepang lebih manis dan lebih lengket," katanya.
"Saya hanya ingin situasi kembali normal, di mana saya bisa menemukan sekantong beras di mana saja dan kapan saja."
Faktor lain yang berkontribusi terhadap defisit beras termasuk peningkatan permintaan terkait dengan rekor jumlah wisatawan asing dan panen yang lebih sedikit karena cuaca panas serta kekurangan air, menurut artikel Japan Times pada hari Rabu.
"Kekurangan tersebut harus segera diatasi," kata Sakamoto.
Beras yang baru dipanen akan didistribusikan pada bulan September. "Kami berharap kekurangan beras akan berangsur-angsur membaik ke depannya," katanya.
"Kami meminta konsumen untuk bertindak tenang dan hanya membeli beras sesuai kebutuhan mereka."
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Curhat Warga Jepang Tak Kebagian Beras, Cuma Sisa Merek Impor"