![]() |
Para arkeolog akhirnya berhasil menguraikan makna yang telah lama diperdebatkan dari sebuah teks yang tertulis pada monumen Turki kuno. Foto: Wikimedia Commons |
Para arkeolog akhirnya berhasil menguraikan makna yang telah lama diperdebatkan dari sebuah teks yang tertulis pada monumen Turki kuno.
Prasasti yang rusak parah tersebut, ditulis dalam bahasa Frigia Kuno, diukir di Arslan Kaya atau 'Batu Singa'. Berusia 2.600 tahun, monumen yang berlokasi di Turki bagian barat itu menampilkan patung Sphinx dan gambar dewi yang diapit oleh singa.
Prasasti pada bangunan tersebut, yang ditemukan pada tahun 1884, hampir terhapus oleh waktu dan vandalisme, dan para sarjana telah memperdebatkan maknanya selama lebih dari satu abad. Upaya di masa lalu untuk membaca prasasti utama ini mengungkapkan bahwa hanya empat huruf yang terlihat, sedangkan teks sisanya sebagian besar tidak dapat dipahami.
Kini, para peneliti menemukan bahwa prasasti tersebut memuat nama 'Materan', seorang dewi yang diagungkan oleh bangsa Yunani sebagai ibu para dewa. Untuk membaca teks tersebut, para peneliti mengandalkan cahaya di tengah pagi. Bayangan di waktu ini menyoroti jejak yang tersisa dan membantu menguraikan huruf-huruf pada prasasti tersebut.
Mereka membandingkan hipotesis prasasti mereka dengan foto-foto lama monumen tersebut dari abad ke-19 dan menyimpulkan bahwa teks tersebut mengeja 'Materan' bersama dengan karakter lain yang umum digunakan dalam prasasti Frigia sebagai pemisah kata.
Dikutip dari The Independent, dalam bahasa Frigia, Materan merujuk kepada dewi ibu yang dipuja sebagai pelindung dan dewa pusat. Berdasarkan beberapa detail gaya monumen, para ilmuwan memperkirakan teks tersebut dibuat pada paruh pertama atau pertengahan abad keenam SM.
Hal ini menunjukkan bahwa monumen Arslan Kaya kemungkinan besar dibuat pada puncak kekuasaan Kekaisaran Lydia, saat kekaisaran tersebut mendominasi wilayah tersebut bersama dengan Kekaisaran Frigia Turki bagian timur.
Ini adalah masa ketika Lydia, pencipta koin emas dan perak, juga memuja dewi ibu. Temuan tersebut semakin mendukung hubungan budaya antara kedua kerajaan dan pemujaan bersama mereka terhadap dewi ibu sebagai dewa penting, kata para peneliti.
Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "Prasasti Berusia 2.600 tahun di Turki Ungkap Kisah Ibunya Para Dewa"