Foto: Thinkstock |
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut sudah ada sekitar 150 orang anak yang mengalami gangguan ginjal akut misterius. Penyakit ini mulai mengalami lonjakan signifikan sejak September 2022.
Beberapa pasien anak harus menjalani cuci darah akibat infeksi tersebut. IDAI menyebutkan bahwa fenomena ini masih belum konklusif terkait penyebabnya sehingga masih dibutuhkan investigasi lebih lanjut.
"Kita menggunakan istilah gangguan ginjal akut progresif untuk kasus ini karena kasusnya cepat dan tidak seperti biasanya," ujar spesialis anak dr Henny Adriani, SpA(K).
Gejala gagal ginjal akut misterius pada anak diawali dengan infeksi seperti batuk-pilek.
Setelah tiga sampai lima hari, volume urine pada anak berkurang drastis bahkan tidak kencing sama sekali. Kondisi ini menandakan adanya perburukan pada ginjal sehingga harus segera ditangani dokter.
"Dia hanya beberapa hari timbul diare atau muntah, kemudian demam, kemudian dalam tiga sampai lima hari mendadak tidak ada urine-nya. Jadi tidak bisa buang air kecil, betul-betul hilang sama sekali buang air kecilnya. Jadi anak-anak ini hampir semuanya datang dengan keluhan tidak buang air kecil, atau buang air kecilnya sangat sedikit," ujar dr Eka.
Adapun gejala prodromal atau awal yang muncul, di antaranya:
- ISPA (infeksi saluran pernapasan akut): 18,4 persen
- Infeksi saluran cerna: 44,1 persen
- Demam: 30,3 persen
- Kemudian dilanjutkan dengan gejala gangguan ginjal akut (AKI), seperti:
- Oliguria (penurunan urine): 24,3 persen
- Anuria (tidak ada urine): 69,1 persen
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Dear Ortu, Kenali Gejala Gagal Ginjal Misterius pada Anak Hari ke Hari"