Hagia Sophia

29 October 2022

WHO: Risiko Kematian Akibat Infeksi Jamur Meningkat

Foto: Getty Images/iStockphoto/ktsimage

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut risiko kematian akibat infeksi jamur ditemukan semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan banyaknya laporan pasien yang semakin 'kebal' dengan pengobatan, termasuk antibiotik.

WHO merilis 19 jamur yang berisiko, mulai dari prioritas kritis hingga sedang. Dari empat yang termasuk dalam kategori kritis, patogen bernama cryptococcus neoformans tercatat sebagai ancaman besar.

Dikutip dari Daily Star, patogen yang mematikan dapat hidup di tanah dan kayu hingga memiliki tingkat kematian antara 41 dan 61 persen. Bisa menyebabkan penyakit seperti pneumonia sehingga muncul gejala batuk, sesak napas, sakit dada, hingga demam.

Menurut Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), infeksi ini bisa juga menyebar dari paru ke otak yang ditandai dengan keluhan sakit kepala, demam, mual, kebingungan atau perubahan perilaku.

"Muncul dari bayang-bayang pandemi resistensi antimikroba bakteri, infeksi jamur tumbuh, dan semakin resisten terhadap pengobatan, menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia," kata Dr Hanan Balkhy, Asisten Direktur Jenderal WHO, Antimicrobial Resistance (AMR) dalam keterangan tertulis WHO.

Selanjutnya, yang dijuluki sebagai ancaman kritis oleh para ilmuwan adalah ragi candida auris, yang dikatakan memiliki potensi wabah yang tinggi dan telah menginfeksi beberapa pasien di rumah sakit.

Ini memiliki tingkat kematian antara 29 dan 53 persen dan resisten terhadap sebagian besar obat antijamur yang tersedia. Urutan ketiga dalam daftar kritis adalah aspergillus fumigatus, jamur yang dapat terhirup sebelum menyebar ke otak dan berpotensi membunuh korbannya.























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Peringatan Baru WHO, 'Disease X' terkait Infeksi Jamur Bisa Jadi Next Pandemi"