Ilustrasi mencegah COVID-19. (Foto: Shutterstock) |
Subvarian Omicron XBB atau disebut sebagai BA.2.10 merupakan subvarian yang kini sudah terdeteksi di beberapa negara di dunia sejak Agustus 2022. Menurut para ahli, subvarian ini berpotensi menggantikan subvarian lain, seperti BA.4 dan BA.5.
"Varian tersebut akan menyebabkan lebih banyak infeksi karena dapat berlari lebih cepat dan menghindar lebih baik daripada jenis yang ada," jelas spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena, Dr Leong Hoe Nam, yang dikutip dari Channel News Asia.
Meski disebut tidak menyebabkan penyakit atau kasus yang lebih parah, ternyata subvarian ini memicu kenaikan kasus di beberapa negara. Berikut beberapa negara yang kasusnya naik akibat kemunculan subvarian Omicron XBB.
Singapura
Singapura melaporkan adanya kenaikan kasus setelah kemunculan subvarian Omicron XBB di negaranya. Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan subvarian yang dikenal sebagai BA.2.10 itu merupakan penyebab dominan kasus infeksi COVID-19 di Singapura.
Sebelumnya, kementerian memperkirakan gelombang infeksi XBB mencapai puncaknya sekitar pertengahan November. Namun, Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung mengatakan gelombang infeksi akibat subvarian XBB itu menurun lebih awal.
"Untungnya, jumlah infeksi memuncak dan kemudian menurun jauh lebih awal dari yang kami modelkan dan perkirakan, dan saya pikir kami dapat menghentikan rencana darurat ini, setidaknya untuk saat ini," kata Ong yang dikutip dari Channel News Asia, Selasa (1/11/2022).
Malaysia
Malaysia mengalami sedikit peningkatan kasus COVID-19 menyusul ditemukannya subvarian Omicron XBB. Menteri Kesehatan Khairy Jamaluddin mengatakan dari data harian, jumlah kasus baru COVID-19 meningkat 16,5 persen dari 14.525 kasus menjadi 16.917.
Selain itu, Khairy mengatakan jumlah penerimaan pasien COVID-19 di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit umum juga menunjukkan peningkatan sebesar 14,3 persen.
"Kami menduga subvarian XBB berada di balik tren kenaikan ini yang juga menjadi penyebab gelombang di Singapura yang membutuhkan waktu tiga hingga empat minggu untuk turun," jelas Khairy yang dikutip dari The Star.
"Mungkin kita juga menghadapi infeksi varian XBB dengan empat kasus terdeteksi pada 27 Oktober," sambung dia.
India
Subvarian Omicron XBB juga menyebar dengan cepat dan menjadi varian yang dominan di India. Dikutip dari laman India.com, organisasi penelitian internasional GISIAD melaporkan sejauh ini sudah ada 380 kasus XBB yang dikonfirmasi di India.
Adapun beberapa negara bagian India yang melaporkan adanya subvarian XBB, yaitu Odisha, Maharashtra, Delhi, Puducherry, Karnataka, Gujarat, dan Rajasthan.
Bagaimana di Indonesia?
Belum lama ini, sebanyak empat kasus subvarian Omicron XBB telah ditemukan di Indonesia. Meski memicu lonjakan kasus di beberapa negara, juru bicara Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan belum ada kepastian kondisi itu juga dialami di Indonesia.
Meski begitu, mengutip beberapa pernyataan pakar, puncak Omicron XBB tak terjadi dalam waktu dekat.
"Berbagai ahli di Amerika Serikat maupun WHO menyebutkan bahwa subvarian XBB bisa memicu lonjakan kasus di akhir tahun dan puncaknya di bulan Januari," ujar Wiku dalam konferensi pers baru-baru ini.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "3 Negara Laporkan Kasus COVID-19 Ngegas Lagi gegara Omicron XBB"