Eks pekerja laboratorium Wuhan meyakini COVID-19 adalah 'buatan manusia'. (Foto: AFP via Getty Images/HECTOR RETAMAL) |
Asal-usul virus SARS-CoV-2 penyebab munculnya pandemi COVID-19 kembali dipertanyakan. Kali ini, muncul dugaan bahwa virus tersebut dengan 'sengaja' dibuat dan kemudian bocor dari laboratorium di Wuhan, China.
Tudingan ini mencuat dari 'whistleblower' yang bekerja di Wuhan, China, dalam bukunya 'The Truth About Wuhan'. Buku yang ditulis oleh mantan wakil presiden EcoHealth Alliance, Dr Andrew Huff ini menyebutkan beberapa klaim terkait asal-usul COVID-19.
1. Lemahnya Keamanan di China
Dalam bukunya, Dr Huff menyebut bahwa pandemi COVID-19 ini adalah hasil dari pendanaan virus Corona oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) di China. Ia mengatakan kebocoran virus COVID-19 ini disebabkan oleh lemahnya keamanan di China saat melakukan eksperimen.
"Aliansi EcoHealth dan laboratorium asing tidak memiliki langkah-langkah kontrol yang memadai untuk memastikan biosafety, biosecurity, dan manajemen risiko yang tepat, yang pada akhirnya mengakibatkan kebocoran lab di Institut Virologi Wuhan," tulis dalam bukunya.
Dalam dua tahun terakhir ini, muncul banyak bukti yang mengarahkan bahwa virus Corona ini bocor dari laboratorium. Beberapa ahli pun percaya bahwa virus bisa 'lolos' melalui peneliti yang terinfeksi atau pengelolaan limbah yang tidak tepat dari fasilitas tersebut.
2. Proposal Dana 'Pembuatan' SARS-CoV-2
Dr Huff bekerja di EcoHealth Alliance sejak 2014 hingga 2016, dan sempat menjabat sebagai wakil presiden di tahun 2015 yang juga bekerja sebagai ilmuwan AS. Ia menyebut EcoHealth Alliance telah mempelajari virus Corona pada kelelawar selama lebih dari 10 tahun, yang didanai oleh National Institute of Health serta bekerja sama dengan laboratorium Wuhan.
Dalam bukunya, Dr Huff mengaku diminta untuk meninjau proposal pendanaan berkaitan dengan pekerjaan peningkatan fungsi untuk menciptakan SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19.
3. Tujuan Pembuatan SARS-CoV-2
Hal ini ditujukan untuk melihat virus yang dibuat dalam menginfeksi manusia. Selain itu juga untuk membantu penelitian menguji teori ilmiah, mengembangkan teknologi baru, serta menemukan pengobatan penyakit menular.
Namun, metode penelitian tersebut dianggap berisiko memicu masalah keselamatan dan keamanan. Hal itu sempat dilarang di banyak negara dan AS pada 2014.
Meski sempat dilarang, metode penelitian ini diperkenalkan kembali oleh National Institute of Health (NIH) pada 2017.
4. Sebut China Tahu COVID-19 Rekayasa Genetik
Dr Huff mengatakan bahwa EcoHealth Alliance mengajakan lab Wuhan sebuah metode terbaik yang ada untuk merekayasa virus Corona kelelawar dalam menyerang spesies lain. Ia mengklaim bahwa China tahu betul sejak awal, jika virus yang menyebar sampai saat ini adalah rekayasa genetik.
"Pemerintah AS harus disalahkan atas transfer bioteknologi berbahaya ke China," kata Dr Huff dikutip dari The Sun.
"Saya ketakutan dengan apa yang saya lihat. Kami hanya memberi mereka teknologi bioweapon," sambungnya.
5. Tuding China-AS Berbohong
Karenanya, Dr Huff mengklaim bahwa China berbohong saat menyebut virus Corona SARS-CoV-2 itu muncul dan merebak ke seluruh dunia secara alamiah.
"Tidak ada yang perlu terkejut bahwa Cina berbohong tentang wabah SARS-CoV-2 dan kemudian berusaha keras untuk membuatnya tampak seolah-olah penyakit itu muncul secara alami," ujar dia.
"Bagian yang mengejutkan dari semua ini adalah bagaimana pemerintah Amerika Serikat berbohong kepada kita semua," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "5 Fakta yang Bikin Ilmuwan Yakin COVID-19 Buatan Manusia"