COVID-19 di China. (Foto: (Noel Celis/AFP/Getty Images) |
China menghadapi gelombang COVID-19 Omicron yang diprediksi berlangsung hingga beberapa bulan mendatang. Kondisi makin mengkhawatirkan saat setengah juta orang di satu kota China terinfeksi COVID-19 setiap hari.
Pejabat kesehatan senior dalam wawancaranya bersama Reuters, menyebut pemerintah tidak benar-benar melaporkan apa yang terjadi di lapangan dalam statistik secara resmi. Kewalahan China dihadang Omicron adalah buntut dari kebijakan zero COVID-19.
Saat pemerintah mencabut aturan itu, banyak warga yang belum memiliki 'kekebalan' atau antibodi COVID-19 pasca infeksi maupun vaksinasi. 'Benteng' yang selama ini dijaga ketat, pada akhirnya 'bobol'.
Kota-kota di seluruh bagian China telah berjuang untuk mengatasi lonjakan infeksi COVID-19 yang membuat rak apotek kosong, bangsal rumah sakit penuh, dan tampaknya menyebabkan penumpukan di krematorium dan rumah duka.
Lagi-lagi masalah data COVID-19 China juga dipertanyakan lantaran kewajiban tes COVID-19 dihapus, tidak adapula tes massal.
Sebuah outlet berita setempat melaporkan kepala kesehatan kota mencatat kasus infeksi COVID-19 antara 490 hingga 530 ribu kasus COVID-19 baru setiap hari.
Jauh berbeda dengan catatan pemerintah secara resmi. Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan pada hari Sabtu ada 4.103 infeksi baru secara nasional pada hari sebelumnya, tanpa kematian baru.
Di Shandong, provinsi tempat Qingdao berada, pihak berwenang secara resmi hanya mencatat 31 kasus domestik baru. Pemerintah China menjaga ketat media negara itu, dengan legiun sensor online untuk menghapus konten yang dianggap sensitif secara politik.
Sebagian besar publikasi yang dikelola pemerintah telah meremehkan parahnya gelombang keluar negara itu, alih-alih menggambarkan pembalikan kebijakan sebagai hal yang logis dan terkendali. Namun, beberapa media setempat tetap mengisyaratkan kekurangan obat dan rumah sakit di bawah tekanan.
Pemerintah provinsi Jiangxi timur mengatakan dalam posting media sosial hari Jumat bahwa 80 persen populasinya, setara dengan sekitar 36 juta orang - akan terinfeksi pada bulan Maret.
Lebih dari 18.000 pasien COVID-19 telah dirawat di institusi medis besar di provinsi tersebut dalam dua minggu hingga Kamis, termasuk hampir 500 kasus parah tetapi tidak ada kematian, kata pernyataan itu.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Badai COVID-19 China: Rak Apotek Kosong, RS Penuh, Krematorium Kewalahan"