Ilustrasi virus Marburg. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Tomas Ragina) |
Pada 21 Maret 2023, Kementerian Kesehatan (MoH) Republik Persatuan Tanzania mengumumkan wabah penyakit virus Marburg (MVD) di negara tersebut. Per 22 Maret, total delapan kasus, termasuk lima kematian dengan tingkat fatalitas 62,5 persen telah dilaporkan dari dua desa di distrik Bukoba, wilayah Kagera, Republik Persatuan Tanzania.
Dua dari kasus ini adalah petugas kesehatan, salah satunya telah meninggal. Ini adalah wabah penyakit virus Marburg pertama yang dilaporkan di negara tersebut.
Setelah terdeteksi pada 1967 di Marburg dan Frankfurt di Jerman juga di Beograd, Serbia, penyakit ini muncul lagi pada 2023 tepatnya Februari lalu di Gueinea Khatulistiwa.
Sebagai tindakan tanggapan, Tim Tanggap Cepat WHO dikerahkan untuk menyelidiki dan menerapkan intervensi di daerah yang terkena dampak, termasuk pelacakan kontak dan aktivitas komunikasi risiko. WHO menilai risiko penyebaran sangat tinggi di tingkat nasional, tinggi di tingkat subregional, dan sedang di tingkat regional.
Tidak ada vaksin atau pengobatan antivirus yang disetujui untuk mengobati penyakit virus Marburg, yang memiliki tingkat kematian rata-rata sekitar 50 persen, menurut WHO. Badan Kesehatan Dunia ini juga mengadakan pertemuan mendesak untuk mengevaluasi beberapa kemungkinan kandidat vaksin yang dapat diberikan selama wabah.
"Komite WHO sekarang telah meninjau bukti untuk empat vaksin dan sedang bekerja untuk memulai uji coba vaksin dan terapi sesegera mungkin," kata Dirjen WHO dikutip dari laman United Nation, Jumat (31/3/2023).
Meskipun tidak ada vaksin atau perawatan antiviral untuk MVD, perawatan suportif seperti rehidrasi dengan cairan oral atau intravena dan pengobatan gejala spesifik meningkatkan kelangsungan hidup. Berbagai perawatan potensial sedang dievaluasi, termasuk produk darah, terapi kekebalan, dan terapi obat.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Yang Dikhawatirkan WHO soal Virus Marburg: Belum Ada Obat dan Vaksin"