 |
| Prancis hingga California kini tak lagi mewajibkan vaksinasi COVID-19 bagi para tenaga kesehatan seiring kasus COVID-19 menurun. (Foto: AFP/PHILIPPE LOPEZ) |
Otoritas kesehatan masyarakat Prancis Haute Autorite de Sante (HAS), melonggarkan pedoman vaksinasi untuk para profesional di sektor kesehatan pada Kamis.
Mereka menyebut, suntikan vaksinasi tak lagi diwajibkan, namun disarankan, menyusul data epidemiologi terbaru.
"Rekomendasi untuk mencabut kewajiban vaksinasi terhadap COVID-19 ini sama sekali tidak mempertanyakan rekomendasi sebelumnya... yang dibuat dalam konteks terkait perawatan kesehatan dan epidemiologis yang berbeda," kata HAS dalam sebuah pernyataan. Pemerintah biasanya mengikuti rekomendasi badan tersebut, dikutip dari Reuters, Jumat (31/3/2023).
Sebelumnya, aturan wajib vaksin pada masyarakat, termasuk tenaga kesehatan sempat memicu demo atau aksi di Prancis. Pasalnya, keputusan Prancis pada saat puncak pandemi untuk menangguhkan kontrak kerja dokter, perawat, dan petugas kesehatan lainnya yang menolak melakukan vaksinasi COVID-19 dinilai sangat kontroversial.
Pemerintah berpendapat langkah itu diperlukan untuk menjaga rumah sakit tetap aman, sementara serikat pekerja mengatakan langkah itu semakin mengurangi tenaga kerja yang tersedia di sektor kesehatan Prancis.
Selain Prancis, pemerintah California juga berencana melonggarkan penggunaan masker dan mengakhiri persyaratan wajib vaksin bagi petugas kesehatan seiring kasus COVID-19 menurun. Adapun aturan ini bakal diterapkan mulai 3 April 2023.
Begitu juga bagi mereka yang dinyatakan positif COVID-19, dapat keluar setelah menjalani isolasi selama lima hari, asalkan sudah merasa sehat.
"untuk mengembangkan dan menerapkan rencana yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka dan kondisi setempat untuk terus melindungi warga California hingga akhir musim virus musim dingin," menurut Departemen Kesehatan Masyarakat setempat, dikutip dari Los Angeles Times.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Negara Ini Tak Lagi Wajibkan Vaksinasi COVID-19 untuk Tenaga Kesehatan"