Foto: Hasan Alhabshy |
Beberapa orang beranggapan vape dan rokok elektrik lebih 'aman' dibandingkan rokok konvensional. Pasalnya, vape atau rokok elektrik menghasilkan uap dengan beragam aroma, tidak dibakar dan menghasilkan asap layaknya rokok konvensional. Dengan begitu mereka meyakini, lingkungan sekitar pun lebih aman dari risiko penyakit pernapasan akibat terpapar uap.
Padahal menurut spesialis paru RS Persahabatan dan Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Erlina Burhan, SpP(K), orang yang secara pasif terpapar uap dari vape atau rokok elektrik juga bisa mengalami risiko.
"Kalau rokok biasa dikatakan menimbulkan asap, asapnya kemana-mana. Jadi orang di sekitarnya juga berisiko terpapar, terekspos asap," terang dr Erlina dalam diskusi daring beberapa waktu lalu.
"Rokok elektrik atau vape ini dibakar menghasilkan uap atau aerosol. Uap dan aerosol juga menyebar sehingga sama saja, orang di sekitarnya kita anggap pasif atau secondhand smoker karena terekspos uap yang ditimbulkan," sambungnya.
Dikutip dari laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), memang benar, aerosol yang dihasilkan rokok elektrik umumnya mengandung lebih sedikit bahan kimia beracun daripada campuran mematikan dari 7.000 bahan kimia dalam asap rokok konvensional.
Namun, aerosol tersebut mengandung zat berbahaya dan berpotensi berbahaya, termasuk nikotin, logam berat seperti timbal, senyawa organik yang mudah menguap, dan agen penyebab kanker.
Lebih lanjut dikutip dari Cleveland Clinic, penggunaan vape dan rokok elektrik juga bisa menimbulkan efek jangka pendek berupa:
- Batuk
- Sesak napas
- Iritasi mata
- Sakit kepala
- Mulut dan tenggorokan kering dan teriritasi
- Mual
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Tak Lebih 'Aman' Dibanding Asap Rokok, Begini Bahaya Uap Vape Buat yang Terpapar"