Masalah polusi udara di Jabodetabek. (Foto: Agung Pambudhy) |
Permasalahan polusi udara di Jakarta dan sekitarnya masih sangat mengkhawatirkan. Pasalnya, kualitas udara yang buruk dapat memicu munculnya berbagai penyakit pada saluran pernapasan hingga gangguan jantung.
Terkadang, sebagian orang tidak pernah menyadari bahwa kualitas udara di lingkungan sekitarnya tidak baik untuk tubuh. Sampai akhirnya, akan berdampak pada kesehatan, terutama saluran pernapasan.
Spesialis paru pernapasan konsultan, Prof dr Menaldi Rasmin, SpP(K), FCCP, mengatakan sulit untuk memastikan lama waktunya seseorang harus pergi dari lingkungan dengan polusi tinggi. Sebab, terkadang kualitas udara yang buruk tidak bisa diketahui hanya dengan kasat mata dan memerlukan alat ukur tertentu.
"Untuk lama waktunya, susah saya memperkirakannya. Tapi, itu bisa diperkirakan dari jarak pandang kita," kata dr Menaldi saat ditemui di Jakarta Selatan, Kamis (7/9/2023).
"Jika jarak pandangan mata kita ke depan sudah kurang dari 4 km, harus segera meninggalkan tempat tersebut dan memakai masker. Tapi, kalau dalam jarak 14-15 km mata kita bisa melihat ke depan dengan jelas, mungkin masih aman untuk bertahan di tempat tersebut," jelasnya.
Meski tidak bisa diperkirakan dengan pasti, dr Menaldi menyebut ada tanda-tanda dari tubuh yang wajib diperhatikan. Hal ini bisa menandakan bahwa kualitas udara di lingkungan tersebut memang sangat buruk untuk kesehatan.
"Misalnya merasa lebih haus, kulit kita sudah gatal-gatal, terasa kering, dan penglihatan mulai terganggu," beber dr Menaldi.
"Itu tanda kita mesti keluar dari tempat yang mungkin terpapar polusi," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Dokter Paru Ungkap Sinyal di Tubuh Saat Sudah Terpapar Efek Polusi Udara"