Populasi India. (Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto) |
India belakangan berhasil menyalip China terkait jumlah penduduk terbanyak di dunia pada awal 2023, tetapi kini negara tersebut menghadapi penurunan angka kesuburan. Bukan karena 'resesi seks' melainkan penyakit akibat gaya hidup meningkat di India.
Faktor kedua adalah, mulai banyak warga yang memilih menikah di usia lanjut lantaran masalah ekonomi. Statistik resmi terbaru menunjukkan tingkat kesuburan secara umum di India turun 20 persen dalam 10 tahun.
"Infertilitas juga menjadi masalah yang semakin meningkat," para dokter memperingatkan, dikutip dari Channel News Asia, Kamis (7/9/2023).
Sekitar 30 juta orang di India terkena dampak infertilitas menurut penelitian dari perusahaan kesehatan Nova.
'Biang Kerok' Gaya Hidup
"Obesitas, stres, merokok dan polusi adalah beberapa faktor yang berkontribusi terhadap penurunan kesuburan," tutur Dr Sulbha Arora, direktur klinis Nova IVF Fertility, mengatakan kepada CNA.
"Saya tidak melihat tren ini membaik dalam waktu dekat karena masalah utama di sini adalah faktor gaya hidup dan gaya hidup sepertinya tidak membaik. Bahkan, keadaannya malah menjadi lebih buruk," katanya.
Banyak warga India juga yang berupaya memiliki anak di kemudian hari, terlebih banyak perempuan memilih fokus bekerja lebih dulu, dibandingkan generasi sebelumnya.
Para analis mengatakan masalah ketidaksuburan tidak mendapat perhatian yang layak, sebagian besar karena India sudah menjadi negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia tahun ini, total penduduk lebih dari 1,4 miliar jiwa.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan angka tersebut akan meningkat menjadi lebih dari 1,6 miliar pada 2050, sebelum akhirnya mulai menurun.
Hal ini akan semakin menimbulkan tantangan kesehatan dan ekonomi, seiring dengan menurunnya jumlah penduduk usia kerja dan India menjadi masyarakat yang menua.
Strategi Pemerintah
Banyak negara maju sudah menghadapi masalah yang sama, hal ini terbukti sulit untuk diatasi.
"Kita dapat menciptakan sistem asuransi... dan membuatnya lebih mudah diakses sehingga jika seseorang atau pasangan memilih untuk menjalani perawatan kesuburan, maka hal tersebut akan terjadi. tidak menjadi beban ekonomi bagi mereka dan tidak mengakibatkan kesengsaraan bagi keluarga," tutur Dr Sabine Kapasi, pemimpin strategi global tim tanggap darurat PBB.
Biaya pengobatan bayi tabung (IVF) di India mulai dari sekitar US$1.200 atau sekitar Rp18 juta, di luar jangkauan puluhan juta warga India hidup di bawah garis kemiskinan.
Sekalipun pengobatan tersebut sudah lebih mudah diakses, masih terdapat tantangan secara budaya di India, perhatian terhadap kesuburan alami sangat penting.
"Ada stigma sosial dan kesalahpahaman terkait perawatan IVF di India," kata dokter.
Hal ini memaksa beberapa pasangan untuk menyembunyikan fakta bahwa mereka mengandung anak melalui IVF, bahkan dari keluarga dekat mereka.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Bukan 'Resesi Seks', Angka Kesuburan India Mulai Menurun gegara Ini"