Ilustrasi cuci darah. (Foto: iStock) |
Cuci darah atau hemodialisis merupakan sebuah prosedur perawatan yang dilakukan pada pasien gagal ginjal. Prosedur ini berfungsi untuk 'menggantikan' sebagian atau seluruh fungsi ginjal untuk menyaring dan membuang limbah secara berlebih dari dalam darah.
Ketika ginjal sudah tidak dapat berfungsi dengan baik, limbah dan cairan akan menumpuk dalam tubuh, maka prosedur inilah yang berperan. Selain hemodialisis, cuci darah juga dapat dilakukan melalui metode Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) atau 'cuci darah' melalui perut.
Spesialis penyakit dalam dr Rudy Kurniawan, SpPD mengatakan bahwa pengidap gagal ginjal memang harus menjalani prosedur cuci darah. Hal ini diakibatkan oleh kinerja ginjal pasien yang sudah tidak berfungsi dengan baik dan berisiko menimbulkan berbagai masalah kesehatan serius.
"Tanpa cuci darah, limbah dan racun akan terus menumpuk dalam tubuh, yang dapat menyebabkan komplikasi berbahaya, seperti tekanan darah tinggi, anemia, tulang rapuh, kerusakan saraf, dan bahkan kematian. Lain halnya dengan kondisi akut atau, belum tentu membutuhkan hemodialisis seumur hidup," ucap dr Rudy ketika dihubungi detikcom, Jumat (26/7/2024).
dr Rudy mengatakan pasien gagal ginjal kronis memang harus menjalani prosedur cuci darah seumur hidup. Berbeda jika mengalami gagal ginjal akut yang dapat pulih setelah sumber kerusakan dari ginjal ditangani.
Sebagai informasi, gagal ginjal akut merupakan kerusakan ginjal yang terjadi secara tiba-tiba, umumnya hitungan hari atau jam. Sedangkan gagal ginjal kronis merupakan kerusakan ginjal yang terjadi dalam waktu jangka panjang.
Biasanya gagal ginjal kronis tidak disebabkan oleh satu faktor, melainkan kombinasi dari berbagai faktor risiko.
Transplantasi ginjal sampai sekarang masih menjadi prosedur perawatan gagal ginjal terbaik. Ginjal baru yang ditransplantasikan ke tubuh pasien dapat menjalankan fungsinya sebagai 'penyaring' darah agar pasien tidak perlu lagi menjalani cuci darah.
"Ginjal yang ditransplantasikan dapat menjalankan fungsi normal seperti menyaring darah dan mengeluarkan limbah dari tubuh, yang tidak bisa dilakukan oleh ginjal yang rusak," katanya.
"Namun, mereka harus mengonsumsi obat imunosupresan seumur hidup untuk mencegah penolakan organ," sambung dr Rudy.
dr Rudy mengatakan prosedur ini dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Berdasarkan studi yang diterbitkan oleh Clinical Journal of the American Society of Nephrology, kualitas hidup pasien meningkat 40-60 persen setelah menjalani transplantasi dibandingkan mereka yang menjalani cuci darah.
Selain itu, dr Rudy mengatakan bahwa prosedur transplantasi juga dapat memberikan kemungkinan harapan hidup yang lebih panjang.
"Jika transplantasi ginjal berhasil, pasien bisa berhenti menjalani cuci darah total," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Apakah Pasien Gagal Ginjal Kronis Harus Cuci Darah Seumur Hidup?"