Hagia Sophia

23 November 2025

Kaitan Antara Pelihara Kucing dengan Risiko Skizofrenia

Ilustrasi. (Foto: Getty Images/ManuelVelasco)

Memilki kucing bisa menjadi hiburan tersendiri bagi sebagian orang. Namun, memelihara hewan tersebut bisa melipatgandakan risiko seseorang terkena kondisi terkait skizofrenia. Hal ini diungkap lewat analisis 17 penelitian.

Dikutip dari laman Mayo Clinic, skizofrenia merupakan kondisi kesehatan mental serius yang memengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan berperilaku. Kondisi ini bisa mengakibakan perpaduan halusinasi, serta pikiran dan perilaku yang tidak teratur.

Dalam sebuah studi, psikiater John McGrath beserta rekan-rekannya di Pusat Penelitian Kesehatan Mental Queensland, Australia mengamati makalah yang diterbitkan selama 44 tahun terakhir di 11 negara, termasuk Amerika Serikat dan Inggris.

Dikutip dari laman Science Alert, studi mereka di tahun 2023 mengungkap hubungan positif yang signifikan antara memiliki kucing dan peningkatan risiko gangguan terkait skizofrenia.

"Diperlukan lebih banyak penelitian berkualitas tinggi di bidang ini," ungkap para penulis makalah yang mereka terbitkan.

Gagasan bahwa memiliki kucing bisa dikaitkan dengan skizofrenia diajukan dalam sebuah studi tahun 1995, dengan paparan parasit bernama Toxoplasma gondii (T. gondii) yang diduga menjadi penyebabnya. Akan tetapi, penelitian sejauh ini menghasilkan kesimpulan yang beragam.

Kaitan pelihara kucing dan skizofrenia

Penelitian menemukan bahwa berada di sekitar kucing selama masa kanak-kanak bisa meningkatkan risiko terkena skizofrenia. Meski demikian, tidak semua penelitian menemukan adanya hubungan tersebut.

Beberapa makalah juga menghubungkan paparan kucing dengan skor lebih tinggi pada skala yang mengukur ciri-ciri terkait skizofrenia, yang memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang, serta pengalaman seperti psikotik.

Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas, McGrath besera tim mengatakan perlu adanya tinjauan dan analisis menyeluruh terhadap semua penelitian tentang topik ini. T. gondii merupakan parasit yang sebagian besar tidak berbahaya yang bisa ditulakan melalui daging yang kuang matang atau air yang terkontaminasi. Parasit ini juga bisa ditularkan lewat feses kucing yang terinfeksi.

Saat masuk ke dalam tubuh, T. gondii menyusup ke sistem saraf pusat dan memengaruhi neurotransmitter. Parasit ini dikaitkan dengan perubahan kepirbadian, munculnya gejala psikotik, dan beberapa gangguan neurologis, termasuk skizofrenia.

Kendati demikian, hubungan tersebut tidak membuktikan T. gondii menyebabkan perubahan ini atau bahwa parasit tersebut ditularkan manusia dari kucing.

"Setelah menyesuaikan kovariat, kamu menemukan bahwa individu yang terpapar kucing memiliki kemungkinan sekitar dua kali lipat untuk mengembangkan skizofrenia," tulis tim Australia tersebut.

Perlu diketahui, 15 dari 17 penelitian merupakan studi kasus kontrol. Penelitian semacam in tidak bisa menunjukkan sebab dan akibat serta seringkali tidak memperhitungka faktor-faktor yang mungkin memengaruhi paparan dan hasil. Para peneliti juga menyoroti rendahnya kualitas sejumlah studi yang diperiksa.

Satu studi melaporkan bahwa tak ada hubungan signifikan antara memelihara kucing sebelum usia 13 tahun dan risiko mengembangkan skizofrenia di kemudian hari. Tapi, ketika periode kepemilikan kucing dipersempit pada rentang usia 9-12 tahun, ditemukan keterkaitan yang signifikan. Ketidakkonsistenan ini menunjukkan, masa kritis paparan kucing belum bisa dipastikan dengan jelas.

Sementara, di Amerika Serikat, sebuah penelitian yang melibatkan 354 mahasiswa psikologi juga tidak menemukan hubungan antara kepemilikian kucing dan skor schizotypy. Namun, peserta yang pernah digigit kucing memiliki skor schizotypy lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidka pernah digigit.

Para peneliti sendiri menegaskan bahwa masih diprlukan penelitian yang lebih baik dan lebih luas.

"Tinjauan kami memberikan dukungan terhadap hubungan antara kepemilikian kucing dan gangguan terkait skizofrenia," simpul para penulis.

"Diperlukan lebih banyak penelitian berkualitas tinggi, berdasarkan sampel yang besar dan representatif, untuk lebih memahami kepemilika kucing sebagai salah satu faktor risiko yang bisa mengubah risiko gangguan mental," tambahnya.

























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Nggak Nyangka, Ada Kaitan Antara Pelihara Kucing dengan Risiko Skizofrenia"