Hagia Sophia

12 October 2022

Apakah Gas Air Mata Mematikan? Ini Menurut Pakar dari FKUI

Foto: AFP via Getty Images/STR

Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo melaporkan, kematian ratusan korban Tragedi Kanjuruhan disebabkan kondisi kurang oksigen. Ia sekaligus membantah maraknya dugaan bahwa ratusan kematian tersebut dipicu oleh gas air mata.

Ahli paru yang juga guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama, SpP(K) menjelaskan paparan gas air mata bisa berdampak akut pada saluran napas dan memicu gawat napas (respiratory distress). Sejumlah efek gas air mata pada pernapasan meliputi:
  • Dada berat
  • Batuk
  • Tenggorokan seperti tercekik
  • Bising mengi
  • Sesak napas
Sementara itu menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), gas air mata bisa menyebabkan kematian pada kondisi tertentu. Paparan gas air mata pada waktu yang lama atau dosis yang tinggi terutama pada area tertutup dapat menyebabkan dampak serius.

Selain itu sebuah studi tahun 2017 dari data yang dikumpulkan selama 25 tahun melihat efek gas air mata pada tubuh. Bahan kimia dan tabung yang digunakan untuk melepaskannya telah menyebabkan cedera parah, cacat permanen, dan kematian.

Ada dua kematian yang tercatat dari 5.910 orang dalam penelitian ini. Yang pertama, pelepasan gas air mata di rumah seseorang menyebabkan kematian karena gagal napas.

Kematian kedua melibatkan dampak tabung gas air mata yang menyebabkan cedera kepala yang fatal. Dalam penelitian ini, 58 orang melaporkan cacat permanen setelah terpapar gas air mata. Disabilitas tersebut antara lain:
  • Masalah pernapasan
  • Kebutaan
  • Kerusakan otak
  • Kelumpuhan
  • Amputasi
  • Kulit terbakar





















Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Benarkah Gas Air Mata Tidak Mematikan? Pakar Ungkap Fakta Sebaliknya"