Hagia Sophia

08 October 2022

Vape Tidak Lebih Aman dari Rokok, Waspadai Paru-paru Bisa Rusak

Foto: Getty Images/iStockphoto/sittithat tangwitthayaphum

Vape atau rokok elektrik tengah ramai digandrungi oleh banyak kalangan, termasuk remaja. Banyak dari mereka beranggapan, risiko bahaya vape lebih minim dibandingkan rokok batangan konvensional. Padahal, faktanya tak demikian. Penggunaan vape berisiko memicu kodnisi kerusakan paru langka dikenal dengan istilah 'popcorn lung'.

Istilah 'popcorn lung' merujuk pada penyakit bronkiolitis obliterans, menyebabkan saluran udara di paru mengecil sehingga menyebabkan batuk dan napas pendek.

Kondisi popcorn lung disebabkan oleh cairan rokok elektronik, mengandung penambah rasa diasetil dan biasanya dipakai pada makanan untuk menghasilkan rasa mentega. Zat ini berbahaya jika dipanaskan, apalagi jika sampai terhirup.

Dilaporkan oleh NBC News, belum lama ini seorang remaja 17 tahun asal Kanada mengidap popcorn lung. Ia mengalami batuk yang persisten bersamaan dengan demam dan kesulitan bernapas.

Fungsi parunya merosot dengan cepat, sehingga harus menggunakan ventilator. Dokter mengatakan kasus seperti remaja tersebut sangat jarang terjadi. Kondisinya yang terus merosot dibarengi kerusakan paru semakin parah membuat remaja tersebut membutuhkan transplantasi.

Apa Gejalanya?

Dikutip dari WebMD, gejala 'popcorn lung' yakni batuk kering dan sesak napas. Kondisi tersebut akan muncul antara dua minggu hingga dua bulan setelah terpapar zat berbahaya.

Terkadang vapers merasa lelah tanpa sebab yang pasti. Lelah tersebut bisa muncul meski vapers tidak sedang menderita asma atau pilek. Kondisi tersebut perlu diwaspadai, lantaran bisa jadi gejala bronkiolitis obliterans.





















Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Bukti Vape Tak Lebih Aman dari Rokok, Awas Risiko Paru-paru Rusak 'Popcorn Lung'"