Ilustrasi disuntik vaksin. (Foto: Grandyos Zafna) |
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso buka suara soal kejadian luar biasa (KLB) polio yang ditetapkan pemerintah usai temuan satu kasus di Pidie, Aceh. Kemunculan virus polio dikaitkan dengan tren cakupan vaksinasi yang rendah di daerah tersebut.
"Namun sepanjang pengetahuan kami nggak semua daerah cakupannya rendah, tapi Aceh, Sumatera Barat, itu alasannya harus (vaksin) halal baru mau," beber dia kepada wartawan Minggu (20/11/2022).
Karenanya, menurut Piprim perlu peran lintas sektor termasuk Majelis Ulama Indonesia hingga pemerintah daerah untuk meyakinkan pentingnya imunisasi. Sembari terus mengingatkan bahaya penyakit atau risikonya jika tidak divaksinasi.
Kini, kata dr Piprim, semua provinsi harus memasang 'alarm' terkait risiko penyebaran polio. Berkaca pada kasus polio di 2005 silam, kasus yang semula dilaporkan di Cidahu, Sukabumi, pada akhirnya menyebar tidak hanya di satu tempat.
"Saya kira kalau sudah ada satu (kasus) muncul, ini seluruh provinsi harus waspada dan ingatkan kembali masyarakatnya," pesan dr Piprim.
Lebih lanjut, ia mewanti-wanti para orangtua yang masih menghindari imunisasi dengan beragam dalih. Terlebih, bagi mereka yang masih mengkhawatirkan efek samping pasca imunisasi.
"Jadi jangan galau oleh vaksin, tapi tidak galau dengan penyakitnya. Nggak boleh keliru memilih prioritas hidup, masa kita lebih galau sama vaksin padahal efek samping hanya demam sedikit," kata dia.
"Tapi kalau polio? Lumpuh seumur hidup. Anak itu susah mau jadi pemain bola, ya kan? Susah jadi atlet, kita bisa bayangkan nggak bagaimana sedihnya seorang anak yang lumpuh seperti itu? Orangtua jangan egois halangi anaknya divaksin, dia merusak masa depannya," sebut dr Piprim.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Pesan Menohok IDAI Buat Ortu 'Egois' Tak Mau Anaknya Divaksin Polio"