Omicron di India. (Foto: AP Photo) |
India kembali dihantui lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi dalam beberapa hari terakhir. Menurut para ahli, kenaikan kasus ini kemungkinan besar dipicu subvarian Omicron XBB.1.16 atau disebut sebagai varian Arcturus.
Sejauh ini, varian tersebut telah dilaporkan di lima negara bagian India. Sekitar empat negara bagian di antaranya mengalami kenaikan kasus COVID-19.
Menurut konsorsium pengurutan genom SARS-CoV-2 India, INSACOG, setidaknya sudah ada 344 urutan XBB.1.16 yang telah diisolasi. Pencarian database global GISAID menunjukkan bahwa India menyumbang 49 persen dari urutan XBB.1.16 yang telah diunggah sejauh ini.
Akankan varian ini bisa menimbulkan gelombang COVID-19 baru?
Dikutip dari Indian Express, jika melihat dari data INSACOG, mayoritas kasus XBB.1.16 yang diisolasi berasal dari Maharashtra dan terdeteksi beberapa minggu lalu. Namun, sejauh ini tidak ada tekanan pada sistem kesehatan.
Sejauh ini, tidak terlihat adanya jumlah orang yang banyak dengan penyakit parah datang, dirawat, atau sekarat di rumah sakit.
Meski varian ini bisa saja menyebabkan peningkatan kasus, hal itu mungkin tidak sampai menyebabkan gelombang besar seperti yang terjadi pada Januari 2022 saat Omicron pertama kali menyerang India.
"Pencarian database global GISAID menunjukkan bahwa India menyumbang 49 persen dari urutan XBB.1.16 yang telah diunggah sejauh ini. Namun, varian yang lebih menular ini tidak mungkin menyebabkan gelombang besar kasus," kata ahli paru India Dr Anurag Agarwal yang dikutip dari Indian Express, Selasa (28/3/2023).
Peningkatan akibat varian ini mungkin terlihat lebih kecil daripada saat subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 melanda India pada April 2022. Namun, menurut Dr Anurag Agarwal, yang perlu dikhawatirkan adalah efek dari infeksi berulang atau reinfeksi yang mungkin terjadi.
"Selain vaksinasi, menurut saya, hampir semua dari kita terinfeksi selama gelombang Delta tahun 2021 dan sekali lagi selama gelombang Omicron tahun 2022. Kebanyakan orang India telah terpapar dua varian dan terus melindungi kita dari penyakit parah," jelas dia.
"Namun, bukan varian baru yang saya khawatirkan sekarang, tetapi konsekuensi dari infeksi berulang. Beberapa komplikasi seperti serangan jantung dan stroke telah dikaitkan dengan infeksi COVID-19 sebelumnya. Apa yang terjadi jika kita berulang kali terkena infeksi?" pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Komentar IDI Tanggapi Somasi Forum Dokter soal STR: Menkes Harusnya Tabayun"