Foto: REUTERS/STEPHANIE LECOCQ |
Kutu busuk kini ikut mewabah di negara tetangga Indonesia, yakni Singapura. Sebelumnya, diketahui wabah ini telah lebih dulu merebak di Prancis dan Inggris. Warga di sana ketar-ketir, lantaran kutu busuk ini menyebar bukan hanya di rumah penduduk, melainkan juga di tempat umum seperti hotel, rumah sakit, panti jompo, sekolah, bioskop, dan transportasi umum.
Wakil Walikota Emmanuel Grégoire menegaskan, wabah kutu busuk harus ditangani sesegera mungkin dimulai dengan bantuan untuk keluarga berpenghasilan rendah agar mereka bisa mendapatkan pengobatan yang baik. Seiring itu, upaya pembersihan kutu busuk di rumah-rumah juga memerlukan biaya.
Kepanikan masyarakat di Paris juga semakin parah akibat maraknya unggahan di media sosial perihal wabah kutu busuk. Sebagaimana disinggung oleh Arezki Izri dari Universitas Sorbonne Paris North, sebenarnya tidak ada bukti ilmiah mengenai peningkatan tingkat wabah kutu busuk tahun ini.
Satu-satunya survei yang ada mengenai serangan kutu busuk di Prancis menunjukkan,11 persen rumah di Perancis telah mengalami serangan kutu busuk antara 2017 dan 2022. Menurut Izri, tingkat serangan kutu busuk pada 2023 mungkin akan sama, dan kira-kira setara dengan tingkat serangan kutu busuk di kota-kota besar lainnya di Eropa, Asia, Amerika Utara dan Australia.
"Orang-orang menjadi tergila-gila dengan gebrakan media," ungkap Izri dikutip dari New Scientist, Rabu (22/11/2023).
"Saya mendapat telepon dari seorang wanita yang panik hari ini dan mengancam akan melompat keluar jendela karena dia takut membawa pulang kutu busuk dari perjalanan. Yang kami butuhkan adalah pendidikan yang lebih baik tentang bug ini," imbuhnya.
Apa yang Bikin Wabah Kutu Busuk Heboh di Paris?
Kutu busuk biasa (Cimex lectularius) dan kutu busuk tropis (Cimex hemipterus) adalah dua dari sekitar 90 spesies dalam genus Cimex yang mengonsumsi darah manusia. Hewan-hewan tersebut dapat menampung hingga 40 jenis bakteri, jamur, parasit, dan agen infeksi lainnya. Ssjauh ini tidak ada bukti bahwa hewan ini bisa menularkan penyakit ke manusia.
Namun diketahui, air liur pada kutu ini menyebabkan reaksi alergi ringan hingga parah pada 90 persen orang yang digigit. Selain itu, bisa juga terjadi infeksi kulit sekunder disertai kondisi kurang tidur.
Hal ini juga dapat menyebabkan masalah psikologis, sebagian besar terkait dengan stres dalam membasmi serangga dan stigma sosial.
Sebenarnya, manusia dan kutu busuk telah hidup bersama sejak 11.000 tahun lau. Delapan puluh tahun lalu, insektisida seperti piretroid mulai digunakan untuk memusnahkan serangga di negara-negara industri.
Pada 1990, kutu busuk muncul kembali imbas munculnya mutan yang selamat dari insektisida, memunculkan keturunan kutu busuk yang resisten secara genetik. Paris sebenarnya telah menjadi 'tuan rumah' bagi populasi kutu busuk yang terus bertambah selama beberapa dekade.
Izri menjelaskan, secara teori, pariwisata aktif setelah berakhirnya lockdown COVID-19 dapat meningkatkan risiko wabah penyakit di Paris. Pasalnya, Prancis adalah pusat pariwisata. Seiring itu, jutaan wisatawan bertukar tempat tidur, yang tanpa disadari bisa membawa 'penumpang' parasit dari hotel ke Airbnb, lalu kembali ke rumah.
Meskipun tidak bisa terbang atau melompat, kutu busuk mudah berpindah dari satu apartemen ke apartemen berikutnya di gedung yang sama. Serangga ini juga dapat berpindah dari furnitur bekas, pakaian, dan tas.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Awal Mula Kutu Busuk Merebak di Prancis, Kini Sudah Sampai Singapura"