Hagia Sophia

22 December 2022

Alasan Pemerintah China Hanya Laporkan 5 Kematian Akibat COVID-19 Walau Krematorium Penuh

Ilustrasi lonjakan COVID-19 di China. (Foto: AFPTV/AFP via Getty Images/YUXUAN ZHANG)

Di tengah lonjakan kasus COVID-19, China 'hanya' mengumumkan lima kasus kematian baru pada Selasa (20/12/2022). Padahal, kondisi sebenarnya jumlah orang yang meninggal karena COVID-19 jauh melampaui itu dilihat dari meningkatnya jenazah pasien COVID-19 di rumah duka dan krematorium.

Menanggapi ini, Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) mengklarifikasi hal tersebut. Mereka telah mempersempit kriteria untuk menghitung kasus kematian akibat COVID-19 dengan 'cara ilmiah dan realistis'.

Pada pedoman baru tersebut, hanya kasus pasien COVID-19 yang meninggal karena gagal napas saja yang akan masuk dalam hitungan kematian resmi.

"Kematian yang disebabkan oleh pneumonia dan gagal napas akibat COVID-19 akan diklasifikasikan sebagai kematian akibat Covid-19," jelas penasihat NHC dan direktur departemen penyakit menular di Rumah Sakit Pertama Universitas Peking, Wang Guiqiang.

"Sedangkan kematian yang disebabkan oleh penyakit lain yang mendasarinya, seperti penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular, tidak akan dihitung sebagai kematian akibat COVID," lanjut dia yang dikutip dari NDTV, Rabu (21/12/2022).

Menurut Wang, kasus COVID-19 di China saat ini sebagian besar disebabkan subvarian Omicron BF.7 dan BA.5.2. Ia mengatakan subvarian ini lebih menyerang saluran pernapasan bagian atas yang memicu pneumonia.

Sementara yang pasien yang meninggal karena gagal pernapasan yang diakibatkan langsung dari COVID-19 jarang terjadi.

"Dari praktik klinis terlihat bahwa penyebab utama kematian setelah terinfeksi Omicron adalah penyakit kronis, sedangkan gagal napas yang disebabkan langsung oleh infeksi COVID-19 jarang terjadi," kata Wang.

"Kita tidak menghindari (berbicara) bahaya COVID-19, tetapi pada saat yang sama kita harus melihatnya dari perspektif ilmiah," sambungnya.

Dugaan Adanya Kasus Kematian yang Tidak Dilaporkan

Epidemiologi dan biostatistik di Universitas Hong Kong, Benjamin Cowling, mengatakan jumlah kematian yang dilaporkan secara resmi jauh lebih sedikit dari yang diperkirakan. Ini memicu dugaan bahwa ada kematian akibat COVID-19 di China yang tidak dilaporkan.

"Saya pikir ada kematian akibat COVID-19 di China yang tidak dikonfirmasi laboratorium dan oleh karena itu tidak dihitung dalam penghitungan resmi, tetapi itu benar di mana pun di dunia dan itu bukan sesuatu yang unik di China," ungkap Cowling.























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Jasad Penuhi Krematorium, China Buka Suara Alasan Cuma Lapor 5 Kematian COVID"