Jepang dihantam gelombang panas atau heatwave. (Foto: dok.detikhealt) |
Menyusul kabar sejumlah negara di Asia Tenggara 'dipanggang' gelombang panas, kini Jepang melaporkan kasus yang sama. Pemerintah Jepang kini tengah berupaya mengatasi imbas perubahan iklim, yang sejauh ini telah membunuh banyak lansia di negaranya.
Dikutip dari The Straits Times, rata-rata setiap tahunnya, ada 1.145 orang meninggal dunia imbas heatstroke atau sengatan panas, terhitung pada 2017 dan 2021. Mengacu pada data dari Kementerian Lingkungan, pada 2020, 86 persen kasus kematian tersebut dialami oleh kelompok berusia di atas 65 tahun.
Lebih lanjut menurut pejabat Kementerian Lingkungan, kabinet di Jepang kini telah dijadwalkan untuk merancang langkah-langkah mengatasi heatstroke, sekaligus menekan kasus kematian imbas gelombang panas. Pasalnya, perubahan iklim menyebabkan suhu yang sangat panas dan memicu gelombang panas, juga berimbas pada banyak negara lainnya di dunia.
Diketahui, Jepang memiliki salah satu populasi tertua di dunia, dengan hampir 30 persen warganya berusia di atas 65 tahun.
Kenapa Bisa Sampai Memicu Kematian?
Kini, pejabat juga membahas upaya pencegahan kematian akibat heatstroke di kalangan lansia, yang paling rentan terhadap tekanan panas. Ditemukannya, korban heatstroke terkadang sengaja menghindari penggunaan AC karena berbagai alasan, seperti menghemat uang.
Pemerintah sempat melaporkan, di pusat Tokyo pada musim panas lalu, sekitar 90 persen dari mereka yang meninggal dunia tidak menggunakan AC.
Walhasil, rencana yang tengah dipersiapkan pemerintah kini akan mendorong para lansia untuk menggunakan AC, serta membangun tempat penampungan pendingin yang dilengkapi AC di kota setempat.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Giliran Jepang 'Kecipratan' Gelombang Panas, Korban Heatstroke Paling Banyak Lansia"