Foto: Getty Images |
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI Eva Susanti menyebut pola makan masyarakat Indonesia tinggi risiko diabetes hingga penyakit jantung. Pasalnya, kebanyakan dari mereka tercatat mengonsumsi gula, garam, dan lemak melampaui jumlah yang dianjurkan.
"Unhealthy diet dan rendah sekali konsumsi buah serta sayur. 95,79 persen masyarakat Indonesia sangat rendah konsumsi buah dan sayur," bebernya dalam webinar daring, Hari Jantung Sedunia 2023, Kamis (5/10/2023).
Gaya hidup lain yang meningkatkan risiko penyakit tidak menular yakni kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan merokok sampai faktor stres. Jumlah perokok saja hingga kini mencapai 70 juta orang di Indonesia.
Ini menjadi penyumbang kasus penyakit tidak menular jantung serta stroke.
"Selain itu, lebih dari 79 persen masyarakat Indonesia kurang aktivitas fisik dan masih ada yang konsumsi alkohol," sambung dia.
dr Eva juga memberikan catatan, kedua penyakit tersebut menghabiskan biaya pengobatan dana Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di 2022 sebesar Rp15,37 triliun.
Dalam kesempatan yang sama, spesialis jantung dan pembuluh darah dr Erta Priadi Wira wijaya menyebut fakto risiko yang banyak diabaikan adalah stres. Padahal, secara tidak langsung stres bisa menambah beban kerja jantung.
Stres memicu gangguan pada jantung imbas peningkatan tekanan darah dari reaksi biologis pelepasan hormon stres, termasuk adrenalin.
Di sisi lain, stres juga berisiko memicu peningkatan produksi hormon kortisol yang mengganggu metabolisme tubuh serta meningkatkan kadar gula darah.
"Tekanan darah yang tinggi adalah faktor risiko utama penyakit jantung," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kemenkes: 95 Persen Warga +62 Susah Banget Makan Sayur Berujung Diabetes-Stroke"