ilustrasi (istimewa) |
Hari pertama masuk kerja selepas libur panjang kerap dibayangi 'post holiday blues', yakni perasaan tidak semangat karena masih ingin berlibur. Jadi sebenarnya libur panjang itu enak nggak sih?
Nabila, seorang staf Account Executive di sebuah perusahaan swasta, menganggap libur panjang sebenarnya menguntungkan karena bisa me-refresh otak. Setelah suntuk dengan pekerjaan, libur panjang menjadi kesempatan untuk mengistirahatkan badan dan pikiran.
"Sekalian bisa kumpul keluarga, terus bisa istirahat biar sehat kembali badan," katanya saat berbincang dengan detikcom, Selasa (16/4/2024).
Hal senada juga disampaikan Zahra, seorang Key Opinion Leader (KOL) yang bekerja di Jakarta Pusat. Ia menganggap libur panjang sebagai hal yang sangat positif bagi dirinya.
"Waktu libur itu banyak gue gunain untuk ngelakuin hal-hal yang nggak bisa gue lakuin kalau hari kerja alias nggak mikirin apa-apa dan do anything kaya liburan main-main," kata Zahra.
Meski demikian, baik Nabila maupun Zahra tidak memungkiri bahwa kelamaan libur sangat berdampak pada mood di hari pertama masuk kerja. Nabila misalnya, menggambarkan perasaannya campur aduk ketika harus memulai lagi rutinitas yang sempat terhenti.
"Rasa males ada banget pas bangun tidur, rasanya pengen tidur lagi kaya sebelumnya yang bangun siang pas liburan panjang," kata Nabila.
Meski merasakan hal yang sama, Zahra menganggap perasaan tersebut bukan hal yang perlu dikhawatirkan. Ia meyakini, dalam 1-2 hari perasaan kurang bergairah yang kerap disebut 'post holiday blues' tersebut bakal teratasi dengan sendirinya.
"Soal males-malesan mungkin itu cuma kaget aja sih ya, abis males-malesan terus tiba-tiba dapet tugas," kata Zahra.
Bagaimana cara mereka mengatasi perasaan malas di hari pertama masuk kerja? Nabila mengaku tidak butuh waktu lama untuk segera beradaptasi kembali dengan rutinitas, karena ia punya trik jitu untuk membangkitkan semangat.
"Sebelum mandi sampai siap-siap mau berangkat kerja nyalain musik yang kenceng biar mood kembali lagi," tuturnya.
Begitupun Zahra, ia juga tidak mau berlama-lama terjebak 'post holiday blues'. Dengan datang langsung ke tempat kerja, ia merasa lebih dituntut untuk bersikap profesional dan tidak males-malesan.
"Biasanya dengan dateng secara langsung ke kantor dan lihat ambience kantor, apalagi deadline-deadline yang masuk bikin nggak jadi males," tuturnya.
Praktisi kesehatan jiwa dr Lahargo Kembaren, SpKJ dalam kesempatan lain mengatakan, sekitar 64 persen pekerja kehilangan motivasi bekerja atau post holiday blues selepas liburan. Umumnya, kondisi tersebut tidak perlu dikhawatirkan.
"Umumnya kurang dari dua minggu itu sudah kembali seperti biasa," jelasnya kepada detikcom, Minggu (14/04/24).
Meski demikian, ia menyarankan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan jiwa apabila kondisi tersebut berlangsung lebih dari dua pekan. Menurutnya, hal itu butuh penanganan lebih lanjut.
"Kalo setelah dua minggu perasaan gak enaknya masih menetap, bahkan mengganggu performance sehari-hari lakukanlah konsultasi kepada profesional seperti psikolog, atau konselor untuk memberikan bantuan," saran dr Lahargo.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Kerap Berujung Post Holiday Blues, Ini Kata Mereka soal Kelamaan Libur"