Foto: Getty Images/iStockphoto/kan2d |
Geger laporan temuan 131 anak di Indonesia terkena gangguan ginjal akut misterius. Bertepatan beberapa waktu sebelumnya, Gambia mencatat 70 anak mengalami kondisi serupa, diduga akibat konsumsi sirup obat batuk produksi India.
Laporan terakhir dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pihaknya belum bisa menarik simpulan terkait penyebab gangguan ginjal akut misterius tersebut. Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI dr Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) menyebut, sejumlah investigasi telah diupayakan, namun tak kunjung ditemukan satu jenis virus yang konsisten ada pada kasus-kasus tersebut.
"Kita juga sudah melakukan swab tenggorok tetapi bukan untuk PCR COVID-19 saja, tetapi untuk panel seluruh infeksi virus, infeksi-infeksi yang dapat membuat infeksi pada saluran pernapasan. Itu juga kami tidak mendapatkan virus yang seragam. Ada beberapa yang virusnya A, ada yang virus B, ada yang virus C. Sehingga tidak bisa disimpulkan bahwa penyebabnya adalah satu virus," ungkapnya dalam konferensi pers virtual 'Gagal Ginjal Akut Misterius pada Anak', Selasa (11/10/2022).
"Kami juga melakukan swab ke rektum dari anus untuk mencari infeksi-infeksi yang biasa menyebabkan diare atau infeksi pencernaan. Itu juga kami tidak mendapatkan virus yang konsisten, sehingga tidak bisa disebutkan bahwa ini mengarah ke infeksi tertentu. Tidak ada kami temukan infeksi yang konsisten," imbuh dr Eka.
Muncul Dugaan Parasetamol Jadi Biang Kerok
Pakar farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Zullies Ikawati menjelaskan parasetamol atau asetaminofen adalah obat yang bekerja menurunkan demam dan menghilangkan nyeri. Overdosis parasetamol bisa terjadi pada kasus konsumsi berulang. Namun pun terjadi toksisitas, umumnya pada hati (liver), bukan ginjal.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI menegaskan, obat batuk yang beredar di Gambia dan diduga menjadi pemicu kasus kematian tersebut tidak beredar di Indonesia. Namun terkait total 69 kematian anak di Gambia dengan kondisi cedera ginjal, Prof Zullies menduga, ada zat selain parasetamol dalam obat tersebut yang menjadi pemicu.
Dugaan saya, bukan parasetamolnya yang berbahaya, tapi mungkin ada bahan lain yang menyebabkan risiko kematian. Berdasarkan analisis laboratorium WHO, ditemukan bahan berbahaya, seperti dietilen glikol dan etilen glikol yang terkandung dalam obat batuk tersebut. Dalam kadar tinggi, kandungan bahan itu bisa menyebabkan gagal ginjal akut," jelas Prof Zullies dalam keterangan tertulis, Kamis (13/10).
"Di Indonesia, penggunaan dietilen glikol maupun etilen glikol sebagai zat tambahan sudah diatur batasan kadarnya, sehingga mestinya tidak ada masalah keamanan. Adanya peningkatan kejadian anak-anak yang mengalami gagal ginjal akut di Indonesia yang diberitakan belakangan ini belum bisa dihubungkan dengan penggunaan obat, dan masih perlu diinvestigasi lebih lanjut," pungkasnya.
Prof Zullies juga memaparkan, efek racun dietilen glikol dan etilen glikol bisa berupa sakit perut, muntah, diare, ketidakmampuan untuk buang air kecil, sakit kepala, perubahan kondisi mental dan cedera ginjal akut yang dapat menyebabkan kematian. Namun, kondisi tersebut baru bisa timbul jika zat dikonsumsi dalam kadar berlebihan.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Biang Kerok Gangguan Ginjal Misterius, Begini Dugaan Pakar Farmasi"