Gambar 3D situs Aguada Fenix berdasarkan LiDAR. Foto: Takeshi Inomata |
Budaya Mesoamerika kuno ternyata menggunakan kalender 260 hari. Temuan ini tentunya unik, karena kalender Masehi yang kita gunakan sekarang, menghitung lamanya satu tahun terdiri dari 365 hari.
Uniknya lagi, kalender yang digunakan Suku Maya ini terbilang rumit berdasarkan pengetahuan tentang Tata Surya yang jauh lebih awal dari yang disadari sebelumnya.
Dikutip dari IFL Science, para peneliti menemukan penggunaan sistem kalender canggih ini dengan melihat orientasi astronomi dari ratusan temuan struktur yang dipakai berbagai upacara leh bangsa Mesoamerika kuno.
Dalam sebuah studi, para arkeolog melihat data dari pemindaian laser udara LiDAR yang mampu 'mengintip' jauh ke dalam, di balik padatnya populasi di Amerika Tengah untuk mengungkap keberadaan struktur yang telah lama hilang.
Di antara 33.935 kompleks arsitektur yang mereka saring, 478 di antaranya adalah kompleks seremonial milik peradaban Suku Olmec dan Suku Maya kuno yang hidup antara tahun 1100 SM hingga 250 M.
Ini adalah masa ketika peradaban Mesoamerika masih kecil. Orang-orang mulai beralih dari gaya hidup berburu dan mengumpulkan makanan yang berpindah-pindah ke gaya hidup menetap yang dipicu oleh mulai maraknya pertanian jagung di masa itu.
Kebanyakan kompleks upacara berbentuk persegi panjang, menampilkan alun-alun datar yang dikelilingi oleh deretan gundukan, bangunan memanjang, dan piramida. Seperti banyak struktur Mesoamerika yang diketahui, bangunannya dibuat sangat cermat agar sejajar dengan Matahari, Bulan, dan bahkan planet-planet di Tata Surya kita.
Salah satu situs dalam penelitian ini adalah Aguada FĂ©nix, bangunan terbesar sepanjang sejarah Pra-Hispanik di wilayah Maya yang diyakini pernah digunakan sebagai platform pengamatan astronomi.
Hebatnya, penelitian baru ini menunjukkan bahwa banyak struktur berorientasi sejalan dengan titik balik Matahari, seperempat hari, atau siklus Bulan dalam 260 hari setahun.
Misalnya, sejumlah struktur diposisikan sedemikian rupa sesuai dengan Matahari terbit pada 11 Februari dan 29 Oktober, terpisah dari hitungan 260 hari.
Temuan ini merupakan bukti nyata bahwa bangsa Maya memiliki pengetahuan canggih tentang bintang-bintang yang berasal dari setidaknya 1100 SM. Ini juga merupakan bukti paling awal dari keberadaan kalender yang isinya 260 hari dalam setahun.
Tidak ada yang cukup yakin mengenai alasan mengapa mereka menggunakan jumlah hari ini dalam satu siklus. Namun sejumlah teori menyebut hitungan ini ada hubungannya dengan beberapa jenis signifikansi numerologis, penjadwalan musim pertanian, bahkan periode kehamilan manusia (karena 260 hari hampir 9 bulan).
"Untuk suku Maya dan kelompok Mesoamerika lainnya, angka 20 dan 13, terkait dengan bagian tubuh manusia, dewa tertentu, dan tingkat kosmik, sangat penting. Meskipun data kami tidak cukup untuk menyelesaikan asal usul kalender 260 hari, temuan ini mengarahkan kami untuk mendukung dua skenario alternatif, masing-masing menggabungkan numerologi dan penjadwalan ritual," kata para peneliti.
Catatan menarik lainnya, peneliti menemukan bahwa sebagian besar struktur tempat upacara kuno yang ditemukan juga berkaitan dengan tanggal pada bulan Februari dan Maret, puncak musim kemarau.
Ini adalah periode berbagai kegiatan terkait dengan holtikultura mengambil jeda 'liburan' sejenak untuk melakukan ritual kolektif, dan kegiatan konstruksi.
Mungkin, menurut para peneliti, munculnya kalender 260 hari memiliki semacam hubungan dengan munculnya pertanian dan pemahaman budaya yang berkembang tentang 'kerajaan luar angkasa' di atas kita.
Artikel ini telah tayang di inet.detik.com dengan judul "1 Tahun Kalender Suku Maya Hanya 260 Hari, Ini Buktinya"