Hagia Sophia

11 March 2023

Kemenkes: Curhatan Kiky Saputri Tidak Bisa Disamaratakan

Foto: Instagram@kikysaputrii

Kementerian Kesehatan RI buka suara soal curhatan Kiky Saputri yang membandingkan layanan kesehatan dalam negeri dan Singapura soal beda diagnosis. Salah satu alasan dari sedikitnya dua juta warga Indonesia berobat ke luar negeri.

Menurut Presiden Joko Widodo, bahkan 750 ribu di antaranya lebih nyaman menjalani pengobatan di negara tetangga, Singapura.

"Saya kira trending topic minggu ini yang diangkat Jokowi adalah satu kesempatan bagi kita membedah lebih jauh," buka Syahril dalam bincang-bincang detikPagi, Jumat(10/3/2023).

Memang, menurut Syahril perlu banyak perbaikan dari hulu ke hilir mengenai pelayanan kesehatan. Tidak hanya perkara jumlah tenaga dokter spesialis yang relatif masih jauh dari kata ideal, melainkan perbaikan pelayanan publik di RS, alat kesehatan yang merata ke daerah, hingga tenaga pendukung.

Transformasi besar yang disebutnya perlu didukung melalui Rancangan Undang Undang Kesehatan, sehingga ke depan masyarakat bisa mendapatkan akses kesehatan lebih baik. Meski begitu, faktanya, kualitas tenaga dokter di Indonesia saat ini tidak perlu diragukan.

Sepak terjang para dokter lulusan dalam negeri mampu berkarier di banyak negara maju seperti Jepang hingga Korea. "Ada yang jadi ahli bedah di Korea," tutur dia.

Artinya, penegakkan diagnosis yang berbeda tidak lantas bisa menyamaratakan kualitas SDM di Indonesia, seperti yang belakangan disorot Kiky Saputri.

"Apa yang disampaikan Kiky itu kan kasuistis ya. Kalau kasuistis itu tidak bisa digeneralisasi, tidak semua begitu," lanjut dia, menekankan istilah-istilah kedokteran semacam 'stroke kuping' dinilai sebagai penggambaran kondisi medis bagi masyarakat awam.

Di sisi lain, melalui transformasi kesehatan, Syahril menegaskan segala polemik seperti antrean panjang, sulitnya akses layanan kesehatan, bisa segera diatasi. Pemerintah juga tengah memperbanyak beasiswa calon dokter untuk spesialis dan subspesialis.

Setiap puskesmas kini dipastikan memiliki alat skrining untuk kanker sebagai fokus pencegahan agar pasien tak terlambat ditangani.

"Kita harus yakin dengan potensi bangsa kita, harus yakin, dokter kita hebat-hebat, RS kita bagus-bagus. Kekurangan-kekurangan kita itu, nanti kita lakukan dengan transformasi tadi, termasuk layanan primer," sambungnya.

"270 juta penduduk, kita itu harus melayani dengan sebaik mungkin, walaupun dia pakai BPJS Kesehatan. Ini terakhir bapak Presiden menugasi Menkes yaitu melakukan rancangan UU Kesehatan, memberikan suatu jawaban atau solusi ya untuk melakukan penataan perbaikan dan penyempurnaan sistem pelayanan kesehatan kita," pungkas dia.























Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Alasan Kemenkes Sebut Curhat Kiky Saputri Kasuistis, Tak Bisa Disamaratakan"