Ilustrasi wanita dirawat di rumah sakit. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Niphon Khiawprommas) |
Pada Januari kemarin, Amanda Lenza (32) mengalami rasa sakit di kepalanya yang menjalar dari belakang kepala hingga ke depan wajahnya selama lima hari. Saat dia menonton kartun bersama putrinya, Lenza merasakan bahwa tubuhnya mengalami hilang keseimbangan dan penglihatan yang kabur serta berbayang.
Ketika Lenza merasakan bahwa dirinya tidak bisa menggerakan tangan kiri dan wajahnya yang semakin lemas di sisi kiri, ia langsung mengirim pesan kepada suaminya. Saat itu, dia harus berjuang untuk tegak dan berbicara dengan jelas meskipun mulutnya sudah sulit untuk berbicara.
"Saya tidak bisa menggerakkan sisi tubuh saya sama sekali. Saya mulai kesulitan bernapas," imbuh Lenza.
Setelah suaminya tiba di rumah, Lenza langsung dilarikan ke ruang gawat darurat. Setelahnya, dokter melakukan CT scan dan memberikan obat untuk memecahkan gumpalan darah yang menyumbat di arteri vertebralisnya, dua arteri tersebut mengalir melalui bagian belakang leher ke otak.
Sayangnya, hal tersebut tidak membantu ibu satu anak ini. Lenza diterbangkan ke kampus utama Cleveland Clinic melalui helikopter. Saat itu, Lenza masih menyadari akan lingkungan sekitarnya, tetapi dirinya tidak dapat bergerak sama sekali.
"Saya hanya ingin tahu bagaimana jika saya membuatnya, berapa banyak fungsi tubuh saya yang akan saya dapatkan kembali? Akankah saya bisa berbicara lagi? Apakah saya akan bisa merawat balita saya?" ungkap Lenza.
Setelah dipindahkan ke Cleveland Clinic, dokter membawanya untuk menjalani operasi dengan menempatkan stent di arteri vertebralisnya tetapi hanya bisa membuka satu arteri. Lenza mengatakan bahwa arteri kirinya masih tersumbat sepenuhnya.
"Ini rusak permanen," terang Leza lebih lanjut.
"Mereka memasukkan tiga stent ke dalam arteri vertebralis kanan saya," sambugnya.
Setelah dokter mengeluarkan selang pernapasannya, kondisi Lenza terus membaik. Lenza bisa duduk, bergerak, dan berbicara bahkan sehari kemudian dia bisa bangun dari tempat tidur untuk berjalan, meskipun membutuhkan waktu sebelum dirinya percaya diri untuk bergerak kembali.
Dokter menemukan bahwa Lenza mengalami displasia fibromuskular. Menurut National Institutes of Health, kondisi ini ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak biasa di dinding arteri sehingga adanya pembengkakan pada arteri.
"Kebanyakan orang hidup dengan itu dan tidak pernah tahu mereka memilikinya," jelas Lenza.
"Dalam kasus saya, (arteri saya) terlalu lemah,"
Dokter menduga bahwa kondisi ini dipicu oleh penyakit yang dialaminya selama tiga minggu sebelumnya. Pada awal januari, Lenza sedang berbaring dan mengalami batuk yang keras dengan kepala menoleh.
"Saya bahkan tidak pernah berpikir bahwa itu adalah kerusakan pada arteri saya,"
Lenza mengatakan bahwa dirinya telah mendapatkan kembali 90 persen dari fungsinya. Dirinya mempelajari kembali cara mengetik di keyboard untuk memperlancar gerakan tangannya.
"Jika saya tidak bertindak secepat yang saya lakukan, saya rasa saya tidak akan berada di sini lagi," katanya.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, seseorang di Amerika Serikat mengalami stroke setiap 40 detik dan kondisi ini merupakan penyebab kematian kelima di negara tersebut.
Artikel ini telah tayang di health.detik.com dengan judul "Awalnya Cuma Sakit Kepala 5 Hari, Wanita 30 Tahun Ini Ternyata Kena Stroke"